Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

12 Seniman Indonesia yang Mendunia: Inspirasi dari Karya-karya Mereka

Ernest Narus
25/10/2024 15:32
12 Seniman Indonesia yang Mendunia: Inspirasi dari Karya-karya Mereka
Ini 12 seniman Indonesia yang telah berhasil mengukir nama di panggung seni internasional melalui karya-karya unik dan berpengaruh. (freepik)

SENIMAN adalah individu yang menciptakan karya seni, seperti lukisan, musik, teater, tari, sastra, atau seni rupa lainnya. Mereka mengekspresikan ide, emosi, dan pandangan melalui berbagai media dan teknik, sering kali dengan tujuan untuk menginspirasi, mengedukasi, atau menghibur orang lain.

Seniman biasanya bekerja secara mandiri dan mengikuti inspirasi pribadi. Dalam menciptakan karya, seniman mengandalkan imajinasi dan bakatnya.

Kita sering mendengar seniman-seniman berbakat sering berasal dari daratan Eropa, bahkan karya-karya dari seniman-seniman tersebut dikenal di dunia. Tidak jarang, karya-karya dari para seniman yang terkenal, dijadikan inspirasi dari para seniman baru yang sedang belajar dan mencari gaya seni yang cocok dengan dirinya.

Namun seiring berjalannya waktu, telah bermunculan banyak seniman yang berasal dari negara kita tercinta Indonesia. Yang karyanya telah dikenal sampai ke berbagai penjuru dunia. 

Kira-kira, siapa saja ya seniman Indonesia yang berhasil mendunia? Berikut daftar selengkapnya yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

Seniman Indonesia yang Mendunia

1. Affandi Koesoema

Boerhanoedin Affandi Koesoema atau yang sering dikenal dengan sebutan Affandi, adalah pelukis terkemuka di Indonesia. Ia lahir di Cirebon, Jawa Barat. Ia lahir pada Mei 1907. Meski begitu, tanggal lahir Affandi tidak diketahui secara pasti. Ia sendiri mengatur tanggal kelahirannya pada 1 Mei agar bertepatan dengan hari buruh.

Affandi Koesoema, seorang seniman lukis Indonesia yang diakui sebagai Maestro Seni Lukis Tanah Air, meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam dunia seni internasional. Kepopulerannya melintasi batas-batas negara berkat gaya lukisnya yang ekspresionis dan romantis yang begitu khas. 

Pada 1950-an, Affandi menggelar berbagai pameran seni tunggal di berbagai penjuru dunia, termasuk India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Salah satu karyanya yang legendaris adalah yang berjudul "Cangklong".

Pentingnya warisan seni Affandi tercermin dalam rumah yang dirancangnya sendiri, yang kini berfungsi sebagai Museum Affandi. Museum ini tidak hanya menyimpan karya-karya seni Affandi tetapi juga lukisan-lukisan dari anggota keluarganya.

2. Basoeki Abdullah

Basoeki Abdullah dikenal sebagai maestro pelukis Indonesia yang mengusung aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat Presiden Soekarno sebagai pelukis di Istana Merdeka, Jakarta, dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara serta kepresidenan Indonesia, menjadi koleksi berharga di berbagai penjuru dunia.

Pada tanggal 6 September 1948, di Amsterdam, Belanda, saat penobatan Ratu Juliana dengan diselenggarakannya sayembara melukis, ia berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan keluar sebagai pemenang. Ketika itu, dunia mulai mengenalinya sebagai putra Indonesia yang memberikan kehormatan pada bangsanya.

Selama di Eropa, ia memperdalam seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Prancis, tempat para pelukis terkenal dunia yang terkenal sebagai pelukis potret, terutama wanita cantik, yang menonjolkan keindahan tubuh, dan potret tokoh-tokoh terkemuka.

Selain sebagai pelukis potret ulung, Basoeki Abdullah juga melukis pemandangan alam, fauna, flora, serta berbagai tema perjuangan dan pembangunan.

3. Raden Saleh

Raden Saleh, seorang pelukis Hindia Belanda beretnis Arab-Jawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia pada masa Hindia Belanda. Karyanya menggabungkan gaya Romantisisme yang sedang populer di Eropa dengan unsur-unsur yang mencerminkan latar belakang Jawa sang pelukis.

Dalam dua tahun pertamanya di Eropa, ia memfokuskan diri pada memperdalam bahasa Belanda dan mempelajari teknik mencetak menggunakan batu. Dalam seni lukis, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan pemandangan dari Andreas Schelfhout. Keduanya memenuhi selera seni orang Belanda pada masa itu. 

Raden Saleh kemudian mulai dikenal dan bahkan berpameran di Den Haag dan Amsterdam, mengundang kagum masyarakat Belanda yang tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia mampu menguasai teknik seni lukis Barat.

4. I Nyoman Masriadi

I Nyoman Masriadi, seniman yang bersal dari Bali ini memulai pendidikannya di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, tahun 1993.

Ia meraih ketenaran melalui karyanya yang berjudul "The Man From Bantul" atau "The Monster", yang terjual seharga satu juta dolar di Balai Lelang Sotheby Hong Kong tahun 2011.

Penghargaan yang ia terima antara lain "Best Water Colour Painting" dari ISI, Yogyakarta (1994), "Best Painting" di Dies Natalis ISI, Yogyakarta (1997), dan "Inaugural Award Recipient recognized for significant contributions to the field of Asian contemporary art" oleh Asia Society, Hongkong (2013).

Karya-karyanya menunjukkan gaya figuratif yang unik dan telah dipamerkan secara luas, baik di dalam maupun di luar negeri.

5. S. Sudjojono

Sindoedarsono Soedjojono atau lebih dikenal S. Sudjojono. Pelukis legendaris kelahiran Sumatera Utara ini merupakan seniman pertama yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia yang faktual sebagaimana kondisi Indonesia. Karena itu, S. Sudjojono pun dikenal sebagai pelukis realisme.

S. Sudjojono mengawali karier sebagai pelukis ketika mengikuti pameran pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring pada 1937. Lukisannya memiliki ciri khas tersendiri, yaitu kasar dengan goresan dan sapuan bak dituang begitu saja secara alami ke kanvas.

Semangat melukisnya begitu berdedikasi. S. Sudjojono turut mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) sebagai tonggak awal seni lukis modern di Indonesia. Ia lalu mendirikan organisasi Seniman Muda Indonesia (SIM) bersama seniman Abdul Salam, Subidio, Sunindyo, dan Basuki Resobowo.

S. Sudjojono telah menghasilkan banyak lukisan fenomenal, seperti The Ruins and The Piano yang terjual Rp15,74 miliar di Balai Lelang Christie’s Hong Kong pada 2017. Juga lukisan Cap Go Meh, Pengungsi, dan Di Depan Kelambu.

6. Jeihan Sukmantoro

Jeihan Sukmantoro, dikenal sebagai pendiri Studio Seni Rupa Bandung. Gaya lukis yang unik, bergaya ekspresionisme ia memulai perjalanan seninya sejak kecil. Belajar seni lukis di Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Jeihan mengembangkan teknik lukisnya dengan karakter figuratif, mata hitam, dan warna datar yang sederhana.

Ciri khas lukisannya adalah 'mata hitam' atau 'mata cekung', yang memadukan alam mistik timur dengan elemen analitis barat.

Jeihan telah menyelenggarakan lebih dari 100 pameran, menerbitkan enam buku, dan memproduksi dua film dokumenter. Karya-karyanya diminati oleh kritikus seni dan kolektor, bahkan memiliki agen di Amerika, Australia, dan Eropa. Melukis tokoh ternama, seperti Mari Elka Pangestu dan Taufiq Kiemas, serta menjadi anggota komite The World Art and Culture Exchange Association Inc. yang berbasis di New York.


7. Hana Madness

Hana Madness, seniman visual yang berbasis di Jakarta ini mengeksplorasi seni sebagai sarana katarsis dari krisis psikologisnya. Dengan fokus pada kesehatan mental, karya-karyanya mencerminkan pengalaman sebagai individu dengan gangguan mental.

Sebagian besar karya Hana mencerminkan disabilitas kesehatan mentalnya, yang akhirnya menjadi sumber inspirasinya dan tantangan utama. Ia tidak pernah membayangkan bahwa seni dapat membawanya sejauh ini, mengatasi stigma dan diskriminasi yang pernah dialaminya, memperluas praktik seninya ke tingkat internasional, dan menjadi seorang seniman profesional tanpa menyembunyikan identitasnya sebagai penyandang disabilitas.

Ia melukis dalam bentuk doodle, yang memiliki ciri khas tersendiri. Penghargaan yang ia terima antara lain nominasi sebagai salah satu dari "10 Wanita Tahun Ini" pada tahun 2019 oleh Her World Magazine, dan juga sebagai salah satu dari "11 Tokoh Inspiratif" oleh Tatler Asia.

8. Sidik W. Martowidjojo 

Sidik W. Martowidjojo merupakan seniman Indonesia yang telah mendunia dengan ciri khas Chinese painting-nya. Seniman kelahiran 24 September 1937 ini merupakan satu-satunya seniman Indonesia yang mendapat penghargaan Medaille d’Orc dari Caroussel du Louvre, Paris.

Pada 2007, Sidik mendapat kehormatan sebagai Research Fellow di Pusat Penelitian Seni Republik Rakyat Tiongkok yang membuat namanya semakin diperhitungkan di dunia seni rupa.

Semenjak tahun 2000 Sidik telah menggelar lebih dari 20 pameran tunggal, baik di dalam negeri maupun luar negeri seperti di Tiongkok dan Prancis. Sebenarnya Sidik mulai aktif berpameran formal sejak akhir tahun 1990-an karena sejak 1967 segala sesuatu yang berbau Tionghoa dilarang untuk ditampilkan.

9. Agus Djaya

Nama lengkapnya Agus Djaya Suminta. Lahir di Banten tahun 1913 dari keluarga bangsawan Banten. Dikenal sebagai kakak pelukis Indonesia lainnya, Otto Djaya, keduanya sejak kecil telah memperoleh pendidikan yang baik.

Bekerja sama dengan S. Sudjojono membentuk Persatoean Ahli-ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938-1942, dan duduk sebagai ketua pada kurun waktu tersebut. Selama pendudukan Jepang ia mengepalai Bagian Kesenian dari Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Sidosho), serta kemudian bekerja di organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat). 

Selama masa revolusi Agus Djaya merupakan seorang kolonel dalam angkatan perang Indonesia. Selama hampir 4 tahun Agus Djaya berada di Negeri Belanda sebagai utusan "diplomasi budaya" dari Pemerintah RI yang baru terbentuk, untuk melakukan pendekatan dan upaya mempercepat Pemerintah Kerajaan Belanda mengakui hak milik negara Indonesia. 

Tahun 1950 Agus Djaya kembali ke Indonesia dia melakukan beberapa macam usaha, salah satunya membuka art shop serta galeri di Jakarta. Tahun 1955, Agus Djaya menetap di Bali, membangun studionya di daerah Pantai Kuta. 

Selain melakukan pameran di Indonesia, juga berpameran di Belanda dan Brasil. Tahun 1994 menerima Hadiah Seni dari Pemerintah RI. Agus Djaya meninggal di Jakarta tahun 1994.

10. Hendra Gunawan 

Hendra Gunawan merupakan seniman asal Bandung yang juga seorang murid dari seniman-seniman legenda, Wahdi Sumanta dan Affandi. Pada tahun 1935, Hendra bersama Sudarso dan Barli Sasmitawinata, membentuk suatu kelompok seni yang bernama 'Kelompok Lima' di Bandung. 

Selain itu, Hendra mendukung kelompok teater 'Poesaka Soenda' di Bandung, terutama sebagai pelukis dekor pada tahun 1940. Setelah kemerdekaan, Hendra juga terlibat dalam pendirian organisasi 'Pelukis Rakyat' di Yogyakarta.

Kehidupan seni Hendra didokumentasikan dalam buku berjudul 'Hendra Gunawan: Pelukis Indonesia Modern Hebat' (2001). Lukisan Hendra dikenal karena gambarannya yang kuat tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hendra wafat di Denpasar pada tahun 1983.

11. Heri Dono

Seniman satu ini telah melanglang selama 4 dekade di industri seni. Heri sudah berpartisipasi lebih dari 300 pameran dan 35 bienal internasional. Beberapa di antaranya adalah:

  • Bangkok Art Biennale (2018) hingga Venice Biennale (2003)
  • Gwangju Biennale (1995) hingga Yokohama Biennale Triennale (2001)
  • Taipei Biennale (2004) hingga Asia Pacific Triennale (1993, 2004)
  • Sao Paulo Biennale (1996, 2004) hingga Havana Biennale (2000)

12. Griselda Sastrawinata

Siapa sih yang tidak tahu film animasi Moana? Ternyata, Griselda Sastrawinata, seniman asal Indonesia ini menjadi salah satu orang yang terlibat di belakang layarnya.

Perempuan lulusan Art Center College of Design, California ini memulai kariernya bersama Walt Disney Animation Studios dengan mengerjakan projek film animasi Moana di mana Griselda menjadi bagian Visual Development Artist.

Yang terbaru, Griselda mengerjakan projek film Frozen 2 untuk menjadi desainer kostum para karakter film Frozen 2. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya