Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

103 Menit Mimpi Anak Muda Bandung Dalam TBWMI

Mediaindonesia.com
09/3/2021 17:45
103 Menit Mimpi Anak Muda Bandung Dalam TBWMI
ilustrasi(dok.istimewa)

The Boy with Moving Image (TBWMI) merupakan fitur film pertama dari Roufy Nasution yang dibuat bersama beberapa sineas muda Bandung Raya di bawah payung Cinemora Pictures dan Aksa Bumi Langit. Selama 103 menit, Roufy banyak mencurahkan kegelisahan yang tidak bisa ia tuangkan kedalam film pendek. Dalam film ini Roufy juga mencoba menangkap beberapa momenmomen diluar kebiasaan manusia yang berkemungkinan terjadi dalam hidup manusia.

Menceritakan sosok Vaiyang yang diperankan oleh Bryancini, seorang sutradara yang ingin menyewa sebuah rumah untuk keperluan shooting yang kebetulan ditinggali oleh seorang perempuan bernama Ning (Nithalie Louisza). Pertemuan cepat itu berujung kepada diperbolehkannya Vaiyang menggunakan rumah Ning, asalkan sutradara muda tersebut mau menemani Ning hingga hari dimana ajalnya tiba.

Melalui adegan-adegan film TBWMI dan visi artistiknya, sang sutradara ingin menambahkan keberagaman genre dan bentuk dalam khazanah perfilman Indonesia bahkan dunia. Melalui potret yang sederhana, interaksi Vaiyang dan Ning
dikemas dengan pendekatan natural dan organik.

Dzikri Maulana sebagai Produser film TBWMI berharap film ini bukan hanya menjadi sekadar film, tetapi menjadi sebuah gerakan yang membangkitkan ekosistem film independen di bandung agar dapat terus eksis karena bertahun-tahun belum ada lagi yang berani membuat fitur film independent fiksi di bandung.

Senada, Anggi Frisca produser film TBWMI sekaligus sinematografer, mengatakan melihat semangat yang sama seperti apa yang coba ia perjuangkan 10 tahun lalu dengan Aksa Bumi Langit. TBWMI telah diputar pertama kali pada program Indonesian Splash yang diselenggarakan oleh festival Jogja Asian-NETPAC Film Pacific pada 27 Desember 2020 lalu.

Pada 2021 diharapkan film TBWMI sudah dapat dinikmati di beberapa bioskop Indonesia dan tentunya di berbagai ruang pemutaran alternatif komunitas film Indonesia. Karena karya ini tidak bisa terwujud tanpa adanya bantuan komunitas-komunitas film Bandung Raya khususnya dan komunitas film di Indonesia pada umumnya.

Film The Boy with Moving Image menjadi berbeda karena mengusung semangat guerrilla filmmaking yang selama beberapa tahun ini, belum adalagi pergerakan sinema di Kota Bandung untuk berkolaborasi bersama dalam membuat fitur film. Melalui film ini, para sineas Bandung yang berasal dari berbagai komunitas film di Bandung tergabung dalam Tim TBWMI memberanikan diri dan percaya untuk membuat sebuah gerakan dengan semangat independensi untuk berkarya dengan sepenuh hati.

Guerilla filmmaking sendiri merupakan pembuatan film dengan cara yang tidak konvensional. Pembuatannya mengacu pada film independen yang bercirikan anggaran, kru dan alat yang sederhana. Namun dengan segala keterbatasan, itu malah menjadi semangat bagi kami kru TBWMI untuk berkarya semaksimal mungkin dalam mewujudkan cita-cita kami bersama dalam film ini.

Dengan segala keterbatasan yang ada, film in itelah diputar pada gelaran Festival Jogja Asian-NETPAC, yang merupakan salah satu festival film terbesar di Asia. The Boy With Moving Image, juga berhasil masuk nominasi Piala Maya 2021 dengan katagori Film Cerita Panjang Eksebisi Non-Reguler Terpilih. (OL-13)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik