Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
ORANG yang memiliki kepercayaan diri terhadap imannya tidak akan melihat perbedaan sebagai suatu masalah. Hal itu diutarakan sutradara dan aktris senior Jajang C Noer, 67, saat mengomentari penolakan rangkaian perayaan Hari Natal di Provinsi Sumatra Barat, beberapa hari lalu.
Ada empat daerah yang melarang perayaan Hari Natal di sana, yaitu Kota Bukittinggi, Kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, dan Pesisir Selatan.
Perempuan kelahiran Paris, Prancis, 28 Juni 1952, itu, menilai hal tersebut ialah sesuatu yang mengada-ada sebab Tuhan jugalah yang menciptakan keberagaman di kalangan umat manusia.
"Saya betul-betul tidak tahu dan bingung kok ada yang seperti itu, di Indonesia yang juga memiliki keberagaman ini," ucapnya saat berkunjung ke Kantor Media Indonesia di Kedoya, Jakarta Barat, Senin, (23/12), dalam rangka promosi film terbarunya Abracadabra.
Jajang mewarisi darah Minangkabau dari sang ayah, Nazir Datuk Pamoentjak, yang dikenal sebagai salah satu tokoh nasional pergerakan kemerdekaan Indonesia kelahiran Selayo, Kabupaten Solok.
Bagi Jajang, perbedaan merupakan keniscayaan dan bukan sesuatu yang mengancam. Menerima perbedaan berarti juga mengimani segala yang diciptakan Tuhan.
"Menurut saya, orang yang memiliki iman akan percaya diri dengan sendirinya dan tidak akan terpengaruh apa pun. Karena dunia ini pasti beragam. Tuhan kan menciptakan tidak seragam," sebut pemilik nama Lidia Djunita Pamoentjak atau yang dikenal dengan nama Jajang Pamuntjak itu.
Abracadabra
Jajang C Noer pernah memenangi Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1992 dalam kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik melalui film Bibir Mer. Suaminya ialah mendiang Arifin C Noer, sutradara film kenamaan asal Indonesia.
Saat ini, Jajang tengah mempromosikan film terbaru yang ia turut bermain yang juga garapan sutradara Faozan Rizal, Abracadabra. Dalam film yang akan tayang pada 9 Januari 2020 itu, ia berperan sebagai Savitri, sosok yang mampu mengirimkan mimpi. Abracadabra bercerita tentang seorang pesulap yang ingin mengakhiri karier sulapnya dengan menunjukkan trik terakhirnya sebelum pensiun. Namun, trik yang ia persembahkan sebagai karya penutup itu justru membawanya pada intrik baru yang ia temui dalam hidup.
Dalam memerankan karakternya, Jajang mengaku tidak melakukan observasi pada karakter tertentu. Ia mengikuti yang diinstruksikan sutradara dan diberikan kebebasan untuk menginterpretasikan karakterisasinya.
"Waktu saya masuk, tidak tahu persis apa ceritanya. Saya tahu peran saya sebagai Savitri, sebagai apa dan bagaimana di situ. Namun, jadi orang yang punya kelebihan untuk bisa mengirimkan mimpi ke seseorang? Itu seperti surealis."
"Cara bertutur dan jalan ceritanya absurd, seperti kehidupan kita begitu, realis, tapi kadang suka 'ah masak sih seperti ini?' sambung perempuan yang menyebut ia tengah menjalani tirakat tidak makan daging hingga akhir tahun ini.
Ini merupakan kali kedua Jajang bermain dalam film produksi Fourcolours Films. Sebelumnya, ia bermain dalam Rumah dan Musim Hujan yang saat itu disutradarai Ifa Isfansyah. Sementara itu, dalam Abracadabra, Ifa bertindak sebagai produser.
Abracadabra membutuhkan waktu kurang lebih empat tahun hingga akhirnya selesai diproduksi dan siap tayang. Dengan set latar yang tampak surealis seperti terlihat dalam trailer, semuanya diambil di Yogyakarta. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved