Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
AKTRIS dan penyanyi Maudy Ayunda, 24, mengaku sering mendapat komentar sinis di media sosial tentang penampilannya. Ia pernah diolok-olok karena gigi kelincinya dan badannya yang kurus seperti tripleks.
Awalnya, pemeran utama film Habibie & Ainun 3 itu berusaha tidak peduli. Namun, lama-lama hal itu mengganggu pikirannya. "Kalau ada yang komen aku jadi kepikiran atau overthinking, bahkan bisa bikin sedikit down," ungkap Maudy ketika ditemui di Jakarta, Senin (29/7).
Ia berusaha mengambil sisi positif dari pengalaman tidak menyenangkan itu sebagai proses dari pengembangan dirinya. "Dulu aku berpikir bahwa menerima komentar negatif tentang penampilan di media sosial jadi risiko sebagai public figure. Tapi aku semakin menyadari bahwa tidak sepatutnya kita tinggal diam," ucapnya.
Maudy pun mengajak korban perundungan untuk angkat bicara lewat kampanye gerakan setop perundungan kecantikan #Stopbeautybullying. Melalui inisiasi gerakan itu, lanjut Maudy, perempuan Indonesia menjadi semakin berani dan percaya diri untuk menunjukkan bahwa komentar negatif tidak dapat menghalangi para perempuan mengekspresikan kecantikan dan kemampuannya untuk berkarya.
"Sebenarnya, (hal) yang bikin perhatian aku untuk mengampanyekan tentang perundungan kecantikan adalah pelaku dan korbannya sama-sama perempuan," ungkap pelantun Perahu Kertas tersebut.
Observasi
Kampanye #Stopbeautybullying tak hanya bermula dari pengalaman pribadi Maudy, tapi juga berdasarkan observasinya atas kejadian yang menimpa teman-teman di lingkungan sekitarnya.
"Ada komentar yang seputar fisik dan kecantikan, ada yang mengejek, ada yang cuma komen, tapi efeknya bisa bikin insecure," ujar perempuan kelahiran 19 Desember 1994 itu.
Sebagai pesohor, Maudy sadar bahwa apa yang dia ucapkan dan lakukan akan dilihat orang lain, setidaknya para pengikutnya di media sosial. Ia menyadari harus melakukan sesuatu yang memiliki nilai positif untuk anak muda.
"Ada satu turning point yang bikin aku jadi kayak sekarang. Saat aku lulus kuliah, saat itu aku galau mau ngapain di hidup ini, karier atau kerja kantoran. Di situlah aku refleksi diri dan benar-benar memperhatikan platform yang udah aku kerjakan,” jelas Maudy.
Dengan mengampanyekan tagar tersebut, ia berharap akan menjadi dorongan yang positif bagi para perempuan yang mendapatkan perundungan di media sosial.
"Perempuan yang melakukan perundungan itu rata-rata mengomentari mengenai make-up karena mungkin (mereka) merasa lebih tahu tentang make-up," tutur alumnus Oxford University itu.
Maudy pun memiliki kiat untuk menghadapi perundungan, yaitu dengan membangun penilaian subjektivitas sendiri tentang makna cantik sehingga tidak tergantung pada opini dan sudut pandang orang lain.
"Karena aku juga punya hal yang bisa ditawarkan sehingga bikin aku merasa berharga. Jadi, (aku) tidak tergantung pada opini dan sudut pandang orang lain," kata perempuan yang melanjutkan studi di Stanford University itu. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved