Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Emilia Clarke Berjuang Aktifkan Otak

Galih Agus Saputra
10/4/2019 00:30
Emilia Clarke Berjuang Aktifkan Otak
Emilia Clarke(Angela Weiss / AFP)

KABAR mengejutkan datang dari kancah perfilman internasional. Pemeran Daenerys Targaryen dalam serial drama fantasi Game of Thrones, Emilia Clarke, 32, tengah menghadapi paranoia kehilangan kemampuan aktingnya.

Perasaan itu dialami Emilia pascamenjalani operasi aneurisma kedua. Aneurisma merupakan pembesaran pembuluh darah di otak karena lemahnya dinding pembuluh darah tersebut.

Aktris Inggris bernama lengkap Emilia Isabelle Euphemia Rose Clarke tersebut pertama kali menceritakan ketakutannya itu dalam surat terbuka yang terbit di The New Yorker. Rencananya, perempuan kelahiran Westminster pada 23 Oktober 1986 itu juga akan menceritakan pengalamannya di CBS Sunday Morning yang tayang pekan ini.

Seperti dilansir Daily Mail, Emilia menjelaskan bahwa selama ini telah melakukan segala hal untuk membuat otaknya tetap aktif. Termasuk dengan cara menguji pemahamannya pada naskah fiksi yang ia gunakan dalam serial Game of Thrones.

Dalam siaran The Late Show yang dipandu Stephen Colbert, Emilia juga menceritakan bagaimana rasa sakit yang dialaminya selama ini. Cara mudah untuk menggambarkannya, kata Emilia, dapat dilihat dari orang yang mengalami sakit kepala amat buruk dan yang terjadi cukup intens.

"Saya benar-benar merasakan bahwa saat itu otak saya sedang rusak. Tapi sekalipun saya tidak tahu caranya, saya tetap berusaha menggerakkan jari tangan, kaki, tangan, sampai bicara dengan diri sendiri. Dan saya benar-benar berusaha memaksa ingatan saya untuk tetap sadar," tuturnya.

Emilia pertama kali mengetahui dirinya mengidap aneurisma saat mengalami pendarahan pada saat berusia 24 tahun. Ketika itu ia tengah menjalani syuting salah satu adegan Game of Thrones.

Emilia kemudian menjalani serangkaian tindakan medis hingga pada akhirnya seorang dokter mendiagnosis terjadinya pendarahan subarakhnoid. Perdarahan tersebut merupakan salah satu jenis pendarahan berbahaya karena terjadi secara mendadak dan berlangsung di celah-celah otak.

Tetap bersemangat
Ketika pulih dari aneurisma pertama, Emilia kemudian diberi tahu bahwa ia menderita gangguan di sisi lain otaknya. Padahal, pada saat itu ia harus mengikuti serangkaian tur untuk memberi keterangan pers. Namun demikian, Emilia tetap bersemangat dan berhasil menjalaninya, bahkan dapat memberikan wawancara, meskipun sesekali harus menghirup morfin.

Pada suatu waktu, saat dia berada di New York untuk menjalani proses pemindaian otak, petugas medis melihat ukuran otaknya berlipat dua dan ingin segera mengoperasi untuk menghindari komplikasi. Sejak itulah Emilia kemudian harus menjalani serangkaian operasi untuk meningkatkan peluang untuk bertahan hidup. (H-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya