Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Saat Badui Pesona Paris

Abdillah M Marzuqi
10/2/2018 23:59
Saat Badui Pesona Paris
(FOTO: DOK. LEKAT)

MENJADI desainer yang turut ambil bagian dalam Paris Fashion Week bukan perkara mudah. Hampir setiap desainer menyimpan impian menjadi bagian perhelatan busana terbesar di dunia yang diselenggarakan pada 28 September-3 Oktober 2017.

Itulah yang membuat film berjudul Paris Fashion Film menjadi menarik. Film itu diputar di Institut Prancis di Indonesia, Jakarta pada 6 Februari 2018.

Film itu menggambarkan aktivitas desainer Amanda Indah Lestari beserta tim Lekat saat berturut dalam Paris Fashion Week 2017. Sepanjang sekitar 20 menit, hampir tidak ada narasi yang bercerita utuh. Potongan-potongan aktivitas Amanda dirangkai menjadi gambar bergerak.

“Isinya kayak kasih lihat kemarin ke Paris Fashion Week, kasih lihat proses kurasi, terus di sana gimana dengan trade show-nya, dengan fashion show-nya,” terang ujar Amanda yang dikenal dengan panggilan Mandy.

Dalam pameran itu, Amanda menonjolkan tenun khas suku Badui. Sebagai satu-satunya wakil Indonesia di ajang itu, Amanda mengaku motif tenun Badui memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Motif kain Badui mempunyai pola geometris.

Selain itu, warna-warna kain sangat menarik dieksplorasi hingga memunculkan bentuk yang sa­ling bertabrakan. Selain kekhasan kain, Mandy menarasikan kearifan lokal masyarakat Badui dengan aturan ladang dan tenun. “Kekhasannya kainnya itu geometris. Jadi, untuk saya sangat unik untuk di-matching warna-warnanya untuk ditabrakkan segala macam. Kehidupan mereka juga sangat menarik. Mereka itu peraturannya mereka harus berladang dan menenun,” ujarnya.

Di tangan Amanda, tenun Badui itu diberi sentuhan modern, berupa potongan unik dan bordir. Ia juga menggabungkan tren kekinian denim dengan seni tenun tradisional badui untuk menunjukkan tampilan yang beda dan baru. Amanda membawa misi untuk mengenalkan busana hasil budaya Indonesia yang sangat kaya dengan ragam tekstil, termasuk tenun dan wastra. “Yang pasti ingin mengenalkan budaya Indonesia dengan begitu beragam tekstil yang kita punya, sayang banget kalau yang diketahui orang hanya batik. Ingin kasih lihat ke orang juga bahwa tekstil kita bisa dibuat dengan gaya yang lebih mo­dern,” ujar Mandy.

Dalam film itu juga terdapat beberapa peristiwa yang menggambarkan apresiasi yang datang dari para pengunjung Paris Fashion Week.

“Di sana bagus sekali, kemarin dengan Lekat mereka sangat appreciated sekali dengan tekniknya. Apalagi mereka tahu prosesnya itu yang dibuat para ibu-ibu di Badui. Prosesnya sangat wow. Terus warna-warnanya mereka juga sangat suka,” ungkap Mandy yang malam itu menggunakan busana dengan nuansa hitam.

Meski durasi dokumenter ini singkat, bukan berarti film tersebut tidak mempunyai alur layaknya film pada umumnya. Justru klimaks dalam film itu ketika hasil karya Mandy mendapati lirikan serius dari para pengunjung. Hasilnya karyanya diapresiasi dan ia berhasil mendapatkan pembeli.

“Klimaks dapat buyer. Ya maksudnya ternyata mereka apresiasinya begitu tinggi sama Indonesia,” pungkas Mandy. (Zuq/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya