Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
ANTARA/HARVIYAN PERDANA PUTRA
HANYA berjarak beberapa langkah mereka adalah laut yang sedang marah. Ombak berdebur seolah ingin melahap orang-orang di pinggir pantai. Namun, di tengah pemandangan mengerikan di Pantaisari, Pekalongan, Jawa Tengah itu, ada sosok sang bapak yang menggetarkan hati. Dengan tenang ia menuntun sepeda meski jalanan sudah banjir akibat gelombang yang mencapai tinggi 6 meter.
Bahkan sekilas senyum seperti terukir di wajahnya. Mungkin saja di dalam hati, sang bapak juga gundah. Namun, setidaknya, keteguhan yang ia pancarkan adalah refleksi dari banyak masyarakat di negeri yang lekat dengan ujian alam ini.
Banjir, puting beliung, tanah longsor, dan erupsi gunung api memang bencana yang membuat pilu. Meski begitu, tidak luntur pula keteguhan untuk terus menjalani hidup. Hal itu pula yang jelas tergambar di pusat evakuasi di Klungkung, Bali. Erupsi Gunung Agung tidak membuat anak-anak meninggalkan sekolah. Dari tenda-tenda pengungsian, mereka berangkat bersama lengkap dengan seragam yang tidak luput dibawa dari rumah.
Dari tempat pengungsian itu pula, kita bisa melihat 'simpulsimpul' yang merajut keteguhan tersebut. Ini bukan hanya buah kerja para pihak berwenang, baik Badan SAR, TNI, maupun kepolisian, melainkan juga para relawan dan warga biasa yang ikut membantu dengan segala yang mereka bisa. Bencana memang kerap menjadi momentum yang menyatukan kembali, tidak hanya kerja, tapi juga kemanusiaan kita.
Di sisi lain, kerentanan bencana yang terus membayangi juga mesti jadi pelajaran. Keteguhan kita haruslah bukan hanya bersandar pada kepasrahan diri maupun kerelaan tolong-menolong, melainkan juga pada kesiapan dan ketanggapan akan bencana. Ini berarti pula sistem pemetaan dan sosialisasi potensi bencana yang lebih baik. Tidak hanya itu, jalur-jalur evakuasi dan distribusi bantuan mutlak untuk terus ditingkatkan. Dengan begitulah kita nantinya bukan semata menjadi bangsa yang terus diuji, melainkan juga bangsa yang telah teruji. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved