Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Kenaikan Fed Rate Jadi Ajang Spekulasi

Fetry Wuryasti
15/3/2017 08:29
Kenaikan Fed Rate Jadi Ajang Spekulasi
()

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan penguatan di tengah spekulasi tentang kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang akan diputuskan dalam rapat Fed dalam dua hari ini. IHSG BEI ditutup naik 22,21 poin atau 0,21% menjadi 5.431,58 poin. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak menguat 3,98 poin (0,44%) menjadi 900,27 poin.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan kenaikan FFR menjadi ajang spekulasi dan momentum untuk mendorong likuiditas.

“Karena seluruh pihak walaupun sudah mengetahui konsensus 80% FFR akan mengalami kenaikan. Mereka memanfaatkan momentum perkiraan kenaikan tersebut dengan cara melakukan transaksi agresif saham dengan likuiditas cukup ditinggi sebelum meeting Federal Open Market Committee (FOMC),” ujarnya saat dihubungi kemarin.

Lucky memprediksi bahwa menjelang keputusan mengenai FFR diambil FFR, pelaku pasar akan kembali melepas saham.

Namun, pasar masih memiliki katalis untuk melanjutkan penguatan pascarapat The FEd karena Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga 7 days repo rate (7DDR) di angka 4,75%. Hal tersebut akan diapresiasi pasar sebagai bentuk Indonesia memiliki kemampuan menyiasati potensi suku bunga FFR.

“Pasar melihat kalau FFR naik 1%, seharusnya 7DDR naik 0,25 basis poin. Tetapi apakah mungkin 7DDR naik dengan kondisi inflasi kita saat ini mendekati 4%? Itu sulit. Dengan demikian, kalaupun BI tetap menahan 7DDR, pasar mengapresiasi bahwa BI mampu mengendalikan fluktuasi pasar di tengah potensi kenaikan FFR,” ujarnya.

Level tertinggi
Adapun analis Bumiputera Toga Yasin Panjaitan melihat mayoritas bursa saham global yang telah diperdagangkan hampir mendekati level tertingginya. Seiring dengan mulai terlihatnya kestabilan pertumbuhan perekonomian AS, Eropa bertepatan dengan ekonomi Tiongkok juga mulai menggambarkan adanya peningkatan pada dua bulan pertama di 2017 ini.

“Becermin pada data ketenagakerjaan AS terbaru, terlihat bahwa sepanjang Februari kemarin AS mencatatkan kenaikan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 227 ribu atau lebih tinggi dari periode sebelumnya yang direvisi menjadi 221. Kondisi ini memberikan tambahan keyakinan bagi Fed, bahwa AS cukup kuat untuk menahan gejolak kenaikan suku bunga,” urai­nya.

Selain faktor Amerika, pekan ini banyak agenda penting yang dapat memberikan implikasi tinggi terhadap pergerakan saham dunia. Seperti pertemuan Bank Sentral Jepang dan Inggris yang masing–masing akan menyelenggarakan pertemuan guna membahas kebijakan moneter mereka.

“Indonesia sendiri diprediksikan pekan ini masih menjadi pekan yang rawan. Perlahan asing kerap melakukan aksi jual. Dalam tiga hari berturut–turut, meski mencatat capital inflow namun jumlahnya kian turun” tandasnya.

Frekuensi perdagangan kemarin tercatat sebanyak 332.280 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,685 miliar lembar saham senilai Rp13,493 triliun.

Investor asing memmbukukan beli bersih atau foreign net buy sebesar Rp457,005 miliar.

Adapun dari bursa regional, beberapa mengalami pelemahan seperti indeks Hang Seng melemah 1,72 poin ke level 23.827,95, indeks Nikkei turun 24,25 poin ke level 19.609,50, dan Straits Times melemah 3,75 poin posisi 3.143,40. (Ant/B-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya