Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Harga Properti Naik Tipis

Iqbal Musyaffa
03/3/2017 09:01
Harga Properti Naik Tipis
(MI)

BANK Indonesia (BI) meluncurkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) kuartal IV-2016 yang menggambarkan indeks harga properti residensial pada kuartal IV 2016 tumbuh 0,37% bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Dalam survei tersebut disebutkan volume penjualan properti mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dengan pertumbuhan 5,06% ketimbang kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,65%.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan kenaikan harga rumah dalam indeks harga properti residensial dipengaruhi faktor kenaikan harga bahan bangunan selain peningkatan upah pekerja. “Kenaikan harga hunian terjadi pada semua tipe residensial, terutama tipe kecil sebesar 0,57% dengan kenaikan tertinggi di kota Surabaya sebesar 1,64% dari kuartal ketiga,” ujar Tirta.

Hasil survei tidak berbeda jauh dengan laporan-laporan akhir tahun yang telah dilansir perusahaan-perusahaan pengembang.

Pertumbuhan bisnis rata-rata tercatat cukup optimistis pada tahun lalu dan akan menjadi lebih optimistis pada 2017, yang diperkirakan tumbuh pesat mulai kuartal II 2017.

Peningkatan penjualan properti yang juga tergambar dalam survei tersebut, menurutnya, sejalan dengan peningkatan realisasi penya­luran kredit properti oleh perbankan.

Meskipun begitu, sekitar 50,80% pengembang menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usaha.

Belum tumbuh
Di sisi lain, Ketua Umum Realestat Indonesia (DPP REI) Soelaeman Soemawinata menilai hasil survei tersebut belum mengindikasikan pasar properti sudah benar-benar tumbuh.

“Survei BI menggembirakan dan memberikan optimisme bagi dunia properti. Tapi sebenarnya pasar belum pulih. Pertumbuhan itu hanya mengikuti pergerakan angka inflasi saja,” ujar Soelaeman ketika dihubungi, Kamis (23/2).

Indeks pertumbuhan dalam survei tersebut, menurut Eman--sapaan akrab Soelaeman--masih sangat rendah tapi sudah menunjukkan semangat pertumbuhan. “Saya terus mendorong rekan-rekan pengembang untuk terus be­kerja di 2017 dan tidak perlu gusar dengan kondisi politik, ekonomi global, ataupun isu-isu lainnya. Jangan larut dalam kesedihan,” urai­nya.

Eman mengatakan pro­perti memiliki tanggung jawab besar terhadap negara untuk menciptakan lapangan kerja baru, membantu pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan investasi baru termasuk pada industri penunjang properti. “Tugas mulia ini harus kita mulai kerjakan. Kemungkinan besar pertengahan tahun ini industri properti baru mulai tumbuh setelah amnesti pajak selesai. Kita imbau pemilik dana hasil amnesti pajak mulai menempatkan dananya di sektor properti untuk menggairahkan kembali dunia properti.”

Optimisme tersebut terlihat salah satunya dari PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) yang tahun lalu menyelesaikan banyak proyek residensial. Proyek Podomoro seperti SCBD Borneo Bay City di Balikpapan, Kalimantan Timur, superblok Podomoro Golf View (PGV) di Cimanggis, Depok, Podomoro City Deli Medan (PCDM), Medan dan Podomoro Park Klender, Jakarta Timur.

Kini APLN tengah gencar memasarkan apartemen superblok Podomoro Golf View (PGV), Cimanggis, Depok, dan superblok SCBD Borneo Bay City, Balikpapan, Kalimantan Timur. (S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya