Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pertamina Dukung BGA Group

Tesa Oktiana Surbakti
21/1/2017 03:49
Pertamina Dukung BGA Group
()

PANAK usaha PT Pertamina (persero), PT Pertamina Lubricants, mendukung PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA Group) melalui produk pelumas dan grease (gemuk) Industri Pertamina untuk mesin-mesin perusahaan pengelola perkebunan dan pabrikan kelapa sawit itu.

Penggunaan pelumas Pertamina ditandai dengan penandatangan kerja sama penggunaan pelumas Pertamina oleh Director Sales & Marketing PT Pertamina Lubricants Andria Nusa dan Direktur PT Bumitama Gunajaya Agro Mubarak Ahmad di Jakarta, kemarin.

Kerja sama itu merupakan langkah strategis jangka panjang PT Pertamina Lubricants untuk terus mendukung kebutuhan konsumen industri akan pelumas terbaik dan juga merupakan komitmen perusahaan demi mendukung pertumbuhan industri pengelolaan kelapa sawit di Indonesia.

"Pertamina Lubricants berupaya terus berperan aktif dalam inovasi produk industri sesuai dengan perkembangan mesin dan teknologi serta mengedepankan layanan purnajual untuk konsumen meliputi oil monitoring, fasilitas laboratorium, dan pengecekan rutin, dan in house training pelumas dan pelumasan," ujar Director Sales & Marketing PT Pertamina Lubricants, Andria Nusa, dalam keterangan tertulis, kemarin.

Produk-produk pelumas industri yang digunakan PT Bumitama Gunajaya Agro ialah Meditran S, Meditran SX, Rored HDA, Masri RG, Turbolube, Turalik, Gemuk Pertamina, dan Pertamina FG-HO (foodgrade).


Percepat produksi migas

Pemerintah optimistis pembaruan skema kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) berbasis gross split berpotensi mendorong usaha eksplorasi dan eksploitasi yang lebih efektif sehingga rentang waktu antara tahap penemuan (discovery) dan tahap produksi (first oil) dapat dipercepat.

Hal itu dinilai penting karena terus menipisnya cadangan energi nasional akibat penurunan kegiatan eksplorasi dan produksi pascaanjloknya harga minyak dunia.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan jarak antara discovery dan first oil rerata lebih dari 15 tahun.

Padahal, di era 1970-an, jurangnya cukup rendah di bawah lima tahun.

"Dulu pada 1970-an dari discovery ke first oil kurang dari 5 tahun. Sekarang itu 15-16 tahun. Apa yang menyebabkan makin hari kita semakin lama (dari discovery sampai produksi), ini yang harus diperbaiki," ujar Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar di Jakarta, kemarin.

Keyakinan Arcandra bahwa skema PSC gross split mampu mewujudkan early production tidak terlepas dari bola yang digulirkan pemerintah kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang harus mengelola biaya operasi dan investasi yang bertumpu pada sistem keuangan korporasi, bukan mengacu pada sistem keuangan negara.

Senada, Staf Khusus Menteri ESDM Akhmad Syakhroza mengamini skema PSC gross split mengubah sikap KKKS untuk lebih kompetitif dan cepat mengambil keputusan.

"Lebih baik dapat US$1 juta dalam lima tahun ketimbang US$20 juta dalam 15 tahun karena perputaran bisnis migas itu harus cepat." (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya