Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
PENGAMAT kebijakan publik Agus Pambagio memprediksi PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan terus merugi akibat kewajiban membayar utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh kepada Tiongkok. Ini disampaikan merespons pernyataan Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, yang sebelumnya menganalogikan utang proyek kereta cepat sebagai bom waktu bagi keuangan perusahaan.
Menurut Agus, beban utang ini berpotensi menjerat keuangan KAI. “Perihal mekanisme pembayaran utangnya nanti bagaimana? Pasti akan peras sana-sini,” ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (24/8).
Diketahui bahwa total biaya pembangunan kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini mencapai US$7,2 miliar atau sekitar Rp117,72 triliun (kurs Rp16.350). Dari jumlah tersebut, US$1,2 miliar atau Rp19,62 triliun merupakan pembengkakan biaya (cost overrun).
Agus membandingkan nasib proyek ini dengan kasus Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka. Akibat gagal membayar utang, pemerintah Sri Lanka menyerahkan 70% saham pelabuhan strategis itu kepada China Merchants Port Holdings senilai US$1,12 miliar. Akuisisi tersebut merupakan bagian dari skema penukaran piutang Tiongkok terhadap utang Sri Lanka, yang menuai kontroversi karena dinilai merugikan kedaulatan negara.
Agus menilai potensi serupa bisa terjadi pada proyek kereta cepat di Indonesia. “Ke depan, KAI akan buntung terus dari proyek KCIC ini. Bahkan dulu sudah saya ingatkan kepada Presiden Joko Widodo lima tahun lalu di istana,” kata Agus.
Ia menambahkan, kondisi ini juga bisa membahayakan keuangan negara karena KAI harus terus menanggung beban utang jumbo.
Tahun lalu, misalnya, keuntungan PT Bukit Asam (PTBA) sebesar Rp6 triliun dialihkan untuk menopang kebutuhan modal KAI. Hal ini karena PTBA merupakan salah satu pemegang saham KAI di KCIC.
Dengan proyek mercusuar ini mengalami pembengkakan biaya dan porsi terbesar ditanggung KAI, para pemegang saham akhirnya diminta menyetor dividen atau keuntungan mereka untuk menutup kebutuhan pendanaan tersebut.
"Kan tahun lalu keuntungan PTBA sudah diambil Rp6 triliun untuk jatah KAI," ucapnya.
Meski PT Danantara akan dilibatkan dalam proses penyelamatan proyek kereta cepat, Agus menilai langkah tersebut tidak akan memberi dampak signifikan. Menurutnya, Danantara tidak memiliki kapasitas keuangan yang cukup untuk menanggung beban besar proyek tersebut. Ia bahkan memperkirakan pada akhirnya proyek ini akan diambil alih oleh pihak Tiongkok.
“Itu perkiraan saya, semoga saya salah,” pungkasnya.
Penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Whoosh dipastikan masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Danantara tahun ini. Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria menegaskan pihaknya tengah menyiapkan mekanisme penyelesaian tersebut bersama PT KAI.
“Proses ini sedang kita jajaki dan akan segera dibereskan. Penyelesaiannya akan kita tuntaskan tahun ini dan masuk dalam RKAP,” ujarnya di Jakarta beberapa waktu lalu.
Kendat tidak merinci mekanisme penyelesaian utang tersebut, Dony memastikan koordinasi dengan KAI sudah dilakukan. “Sudah, sudah dikoordinasikan,” katanya singkat.(H-2)
KCIC membatalkan delapan perjalanan kereta cepat Whoosh pada Rabu malam (20/8), setelah gempa berkekuatan magnitudo 4,9 mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Penumpang yang terdampak pembatalan akan mendapatkan fasilitas pengembalian bea tiket 100%."
Kereta cepat Whoosh dengan rute Tegalluar Summarecon-Halim Jakarta mengalami keterlambatan selama 40 menit akibat menabrak seekor biawak di jalur antara Stasiun Padalarang dan Karawang.
KERETA cepat Whoosh memiliki potensi besar sebagai katalisator ekonomi yang mendukung pertumbuhan aktivitas dan nilai tambah baru.
Lonjakan penumpang tersebut didorong oleh libur panjang akhir pekan yang bertepatan dengan masa liburan sekolah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved