Tarif Trump Tinggi, Indonesia Tetap Bisa Ekspor Baja Lapis 10 Ribu Ton ke AS

Naufal Zuhdi
18/7/2025 14:44
Tarif Trump Tinggi, Indonesia Tetap Bisa Ekspor Baja Lapis 10 Ribu Ton ke AS
Pelepasan ekspor baja ke AS.(MI/Naufal Zuhdi)

DI tengah tarif impor yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia sebesar 19%, Tatalogam Group melalui Tata Metal Lestari serta Krakatau Steel resmi melepas ekspor baja sebesar 10 ribu ton atau senilai US$12,6 juta atau senilai Rp205,5 miliar ke AS pada hari ini, Jumat (18/7). 

Pelepasan ekspor baja lapis tersebut diresmikan langsung oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. "Ya, inikan (ekspor baja lapis) tanda bahwa industri manufaktur kita dalam hal ini, khususnya baja kita sangat resilient. Pengiriman yang kita akan saksikan ini, itu adalah pengiriman keempat," ucap Agus.

Lebih lanjut, Agus menyampaikan bahwa perusahaan Tatalogam Group dengan berbagai macam dinamika tarif, masih bisa menembus pasar AS walaupun tarifnya waktu itu (sebelum disahkan 19%) masih relatif tinggi. 

"Jadi kepercayaan yang diberikan oleh Amerika kepada produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan, itu membuat kita bangga dan lega. Dan tentu ini juga harus menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan manufaktur lain, bahwa kita harus resilient, manufaktur tidak boleh cepat putus asa dari segala apapun dinamika yang dihadapi di lapangan," tegasnya.
 
Agus menyampaikan bahwa kegiatan yang dioperasionalkan di Tatalogam Group ini merupakan sebuah contoh yang sangat baik yang didukung sinergi yang luar biasa antara perusahaan dengan Krakatau Steel, yang mana Krakatau Steel mensuplai bahan baku baja lapis itu. "Jadi sedikit banyak bisa memberikan story, cerita bahwa ekosistem industri baja nasional itu sebetulnya cukup kuat," tuturnya.
 
Sementara itu, Vice President Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi memaparkan bahwa baja lapis yang dikirimkan ke AS ini masih terkena subject section 232 yang terkena tarif flat 50% untuk semua negara ke AS.

"Meskipun begitu, baja berkualitas dari Krakatau Steel bersama dengan Tata Metal masih dicari dan masih menjadi pilihan untuk konsumen di Amerika Serikat. Kami akan memaksimalkan dampak positif dari tarif resiprokal yang turun dari 32% ke 19% untuk produk hilir kami," cetusnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar menyatakan bahwa produk baja dalam negeri masih mempunyai daya saing yang tidak kalah di market global. 

"Tentu dengan adanya tarif 19% plus sektoral tarif, ini untuk memicu bagaimana produksi dalam negeri melakukan efisiensi yang masif, melakukan inovasi yang mempunyai daya saing sehingga bisa diterima market global," pungkasnya. (E-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya