Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Industri Akomodasi Wisata dan Mamin bakal Tertekan Akibat Efisiensi Anggaran Negara

Insi Nantika Jelita
30/1/2025 17:21
Industri Akomodasi Wisata dan Mamin bakal Tertekan Akibat Efisiensi Anggaran Negara
Pengunjung melihat makanan di salah satu stan dalam pameran dagang Food Ingredients Asia-Indonesia (FiA) di JIExpo, Jakarta, Rabu (4/9/2024)(ANTARA/Rivan Awal Lingga)

INDUSTRI akomodasi wisata serta makanan dan minuman (mamin) diperkirakan akan tertekan, imbas kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang melakukan penghematan belanja negara sebesar Rp306,695 triliun. Ini disampaikan Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama.

Ia menyebut kebijakan efisiensi anggaran pemerintah akan mempengaruhi permintaan barang dan jasa, baik itu di level kementerian/lembaga (k/l), maupun pemerintah daerah (pemda). 

"Sektor yang akan terdampak adalah sektor akomodasi wisata dan makan minum dari kegiatan penyewaan room meeting," ujar Riza kepada Media Indonesia, Kamis (30/1).

Kementerian/lembaga bakal melakukan efisiensi anggaran terhadap 16 pos belanja. Di antara pos belanja yang dipangkas ialah 
perjalanan dinas 53,9%, rapat, seminar, dan sejenisnya sebesar 45%. Kemudian, percetakan dan suvenir 75,9%, sewa gedung, kendaraan, peralatan 73,3% dan lainnya. Okupansi kamar di hotel, penyewaan room meeting, dan jasa katering diramalkan bakal anjlok akibat kebijakan tersebut. 

"Dampaknya dari kebijakan ini diyakini akan menurunkan produksi barang dan jasa dari pelaku usaha. Selain itu, ada potensi penurunan penawaran yang dapat berimbas ke produktivitas dan penyerapan tenaga kerja," jelas Riza.

Mengenai potensi adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat efisiensi anggaran pemerintah, ekonom Indef itu enggan berspekulasi. Katanya, untuk mengukur hal tersebut perlu melakukan simulasi perhitungan yang terukur. 

"Selain itu kita perlu lihat juga pengalihan anggarannya ke mana, apakah ke sektor produktif yang bisa menstimulus dunia usaha dan penyerapan tenaga kerja atau tidak," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya