Dampak Kemenangan Trump, Rupiah Diramalkan Depresiasi dan Harga Impor Kian Mahal

Insi Nantika Jelita
07/11/2024 16:25
Dampak Kemenangan Trump, Rupiah Diramalkan Depresiasi dan Harga Impor Kian Mahal
Presiden AS, Donald Trump(Dok. US Embassy Italy)

KEPALA Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 membuat ketidakpastian ekonomi lebih tinggi dan meningkatkan permintaan dolar AS. Dampaknya, mata uang rupiah diramalkan terdepresiasi dan hal ini membuat harga impor kian mahal.

Kekhawatiran utama berasal dari kebijakan fiskal AS, ketegangan perdagangan, dan kekuatan dolar AS, yang semuanya dapat berdampak terhadap pasar keuangan Indonesia, mengingat statusnya sebagai pasar negara berkembang.

"Depresiasi rupiah membuat impor menjadi lebih mahal dan berpotensi menyebabkan inflasi impor," tuturnya Josua dalam keterangan yang diterima Media Indonesia, Kamis (7/11).

Ia melanjutkan kebijakan perdagangan proteksionis Trump, terutama terhadap Tiongkok, secara tidak langsung dapat mempengaruhi Indonesia, yang memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan Negeri Tirai Bambu itu. Kata Josua, dampaknya bisa positif maupun negatif, tergantung bagaimana Trump merumuskan kebijakan perdagangan untuk melindungi industri dalam negerinya.

Jika AS memberlakukan tarif yang lebih tinggi secara eksklusif untuk barang-barang Tiongkok, negara itu mungkin akan mengalihkan ekspornya melalui Indonesia untuk mengakses pasar AS, sehingga meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke AS. Namun, jika AS memperluas tarif ke barang-barang Asia secara lebih luas, eksportir Indonesia mungkin menghadapi kebutuhan untuk menyesuaikan harga agar tetap kompetitif, yang dapat mengurangi pendapatan ekspor, sehingga menimbulkan risiko pada neraca transaksi berjalan Indonesia.

"Selain itu, kenaikan tarif AS dapat meningkatkan volatilitas pasar, memengaruhi sentimen investor di pasar negara berkembang dan berpotensi membatasi aliran modal masuk," urai Josua.

Perang dagang global yang mengarah pada tarif impor yang lebih tinggi akan menyebabkan tingkat inflasi global yang tinggi secara terus-menerus. Dolar AS yang kuat juga dapat menyebabkan peningkatan inflasi impor di banyak negara.

Selain itu, Josua juga menyebut imbal hasil obligasi pemerintah AS atau US treasury yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan imbal hasil surat berharga negara (SBN), meningkatkan biaya pembayaran utang dan berpotensi membatasi fleksibilitas fiskal pemerintah.

Dengan masalah tersebut, Bank Indonesia (BI) perlu melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah, sehingga membatasi kemampuannya untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate, yang dapat meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen di Indonesia. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya