Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
DI tengah kebutuhan energi yang terus meningkat setiap tahunnya, Indonesia mulai melirik sumber energi terbarukan sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Salah satu sumber yang menarik perhatian adalah pembangkit listrik tenaga angin (PLTB).
Lalu, apakah dengan kondisi geografis di Indonesia, negeri ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi angin yang ramah lingkungan ini. Sejauh mana potensi tersebut dapat digali dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum masyarakat Indonesia.
Menurut data Outlook Energi Indonesia 2022 Dewan Energi Nasional (DEN) merilis memiliki potensi energi angin atau bayu mencapai 154,9 gigawatt (GW). Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Indonesia memiliki potensi energi angin yang begitu besar, seperti wilayah Sidrap dan Jeneponto di Sulawesi Selatan.
Wilayah provinsi Sulawesi Selatan ini berpotensi menghasilkan energi listrik dari angin hingga lebih dari 200 megawatt (MW). Selain Sidrap dan Jeneponto, wilayah lain juga memiliki potensi sumber energi angin yang cukup besar antara lain, Sukabumi (170 MW), Garut (150 MW), Lebak dan Pandeglang (masing-masing 150 MW) serta Lombok (100 MW).
Selain wilayah tersebut di atas, wilayah lain yang memiliki potensi energi angin dibawah 100 MW antara lain, Gunung Kidul (10 MW) dan Bantul (50 MW) di DIY Yogyakarta, Belitung Timur (10 MW), Tanah Laut (90 MW), Selayar (5 MW), Buton (15 MW), Kupang (20 MW), Timur Tengah Selatan (20 MW),dan Sumba Timur (3 MW) di Nusa Tenggara Timur serta Ambon (15 MW) Kei Kecil (5 MW) dan Saumlaki (5 MW) di Ambon.
Beruntungnya, Indonesia memang memiliki iklim yang cukup mendukung pengembangan PLTB. Angin kencang yang sering terjadi di berbagai wilayah, seperti di pesisir utara Jawa dan Sulawesi membuka peluang besar bagi pengembangan energi angin.
Energi angin memiliki banyak keuntungan yang menjadikannya pilihan menarik. Pertama, sumber energi ini terbarukan dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca selama operasionalnya. Hal ini sangat penting dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Kedua, pengembangan PLTB dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam berbagai sektor, mulai dari konstruksi hingga pemeliharaan.
Meskipun memiliki potensi yang besar, pengembangan PLTB di Indonesia juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan akan investasi yang cukup besar. Proyek infrastruktur energi terbarukan kerap kali memerlukan modal awal yang tinggi, dan ini menjadi hambatan bagi banyak pengembang. Selain itu, regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan energi terbarukan juga menjadi tantangan tersendiri.
Secara keseluruhan, potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia sangat menjanjikan. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah ini, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, serta menciptakan masa depan yang lebih bersih dan hijau. (Z-3)
PT Medco Energi Internasional Tbk, melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia (Medco Power), memulai operasi komersial PLTS berkapasitas 25 di Bali Timur.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
Indonesia diproyeksikan akan menjadi net importer gas fosil pada 2040, hingga dampak kesehatan dan lingkungan yang meningkat di sekitar pembangkit.
Investasi untuk pembangkit listrik sebesar Rp2.133,7 triliun, di mana sekitar 73% dialokasikan untuk partisipasi pihak swasta atau independent power producer (IPP).
PT Blasfolie Internasional Indonesia, salah satu perusahaan kemasan plastik di Indonesia yang berdiri pada 2015, meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Berkat Cawan Group, resmi mengamankan dokumen Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) untuk dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) strategis.
Pendidikan kritis soal transisi energi bersih terbarukan pun semakin krusial. Sebab, krisis iklim menjadi tantangan yang akan semakin masif dihadapi generasi muda di masa mendatang.
Pemerintah Indonesia mengantongi komitmen pendanaan untuk pembangunan PLTS Terapung Saguling sebesar US$60 juta atau setara Rp994,68 miliar dari tiga mitra internasional.
MEMPERINGATI Hari Bumi, Komunitas Generasi Energi Bersih (Gen-B) mengedukasi generasi muda mengenai pentingnya transisi energi bersih di Binus School Simprug,
Indonesia dan Swiss berkomitmen untuk terus mempererat kerja sama dalam pengembangan energi bersih melalui PLTA berkelanjutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved