Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
TIDAK pernah terbayang oleh kita, betapa listrik telah mengubah hidup sehari-hari. Berkat aliran energi ini, jutaan aktivitas masyarakat Indonesia berjalan—mulai dari penerangan rumah hingga mesin-mesin industri besar. Di balik kenyamanan ini, ada perjuangan panjang yang dirayakan setiap tahunnya pada Hari Listrik Nasional, setiap 27 Oktober.
Tapi, apa yang sebenarnya melatarbelakangi peringatan hari listrik nasional, dan mengapa penting bagi kita untuk memahami sejarahnya?
Nah, dilansir dari situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hari Listrik Nasional adalah peringatan yang dilaksanakan setiap tahun sebagai penghormatan pada perkembangan sektor kelistrikan di Indonesia. Listrik dikelola Perusahaan Listrik Negara (PLN) hingga kini menjangkau hampir setiap sudut negeri.
Namun, hari listrik nasional bukan hanya peringatan biasa, melainkan momen untuk menegaskan kembali tujuan penyediaan listrik yang andal, merata, dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hari Listrik Nasional bermula tahun 1945, seiring berdirinya Jawatan Listrik dan Gas pascakemerdekaan Indonesia. Setelah sekian lama dikuasai pihak asing, akhirnya pemerintah Indonesia bertekad mengambil alih pengelolaan listrik yang sebelumnya dipegang perusahaan Belanda dan Jepang.
Tahun 1927 pemerintah Belanda membentuk s'Lands Waterkracht Bedriven (LWB), yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik Kotapraja.
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang dalam perang dunia 2, maka Indonesia dikuasai Jepang. Perusahaan listrik dan gas juga diambil alih Jepang, dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih orang-orang Jepang.
Dengan jatuhnya Jepang ke tangan Sekutu, dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, kesempatan yang baik ini dimanfaatkan pemuda dan buruh listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan Jepang, pada September 1945 suatu delegasi dari buruh/pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan KNI Pusat yang pada waktu itu diketuai M Kasman Singodimedjo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka.
Selanjutnya, delegasi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan tersebut diterima Presiden Soekarno, dan kemudian dengan Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Hari listrik nasional bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya listrik dan peran mereka dalam mendukung efisiensi energi. Selain itu, peringatan ini menjadi momen refleksi bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memperbaiki layanan listrik dan mempercepat elektrifikasi di daerah-daerah tertinggal. Hari listrik nasional juga menjadi forum mendorong inovasi dan transformasi sektor energi menuju kemandirian.
Listrik yang merata bisa menjadi salah satu kunci bagi kemajuan bangsa, tetapi ketimpangan akses listrik antara kota dan desa masih menjadi tantangan pada bidang sektor ini. Peringatan ini mengingatkan kita kemajuan kelistrikan harus merata agar setiap wilayah di Indonesia, dari Sabang hingga Merauke dapat menikmati manfaat energi listrik.
Hari listrik nasional juga menjadi pengingat bagi generasi muda untuk ikut berperan dalam menjaga keberlanjutan energi. Masyarakat, terutama generasi muda, diharapkan lebih bijak dalam menggunakan listrik dan mendukung upaya efisiensi energi untuk masa depan yang lebih baik.
Jadi, hari listrik nasional bukan hanya sekadar perayaan. Ini bisa menjadi evaluasi pemerintah dan masyarakat tentang pencapaian dan tantangan sektor kelistrikan, serta ajakan untuk terus mendukung energi berkelanjutan. Dengan peran serta masyarakat dan dukungan dari semua pihak, masa depan energi Indonesia bisa lebih cerah dan merata bagi seluruh negeri. (Z-3)
ANGGOTA Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina menyayangkan aksi intoleransi perusakan rumah doa milik Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) yang terjadi di Padang, Sumatera Barat.
Menggunakan kabel ekstensi di waktu yang tidak tepat dapat merusak perangkat dan alat elektronik, serta meningkatkan risiko keselamatan yang serius bagi pengguna.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan tarif listrik PT PLN, pada triwulan III atau periode Juli-September Tahun 2025 tidak naik.
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
Bila PLN ingin memberikan diskon tarif ke masyarakat lagi, sebaiknya dilakukan justru pada saat puncak penggunaan terjadi. Misalnya mulai dari sebelum ramadan hingga lebaran usai.
Bila PLN ingin memberikan diskon tarif ke masyarakat lagi, sebaiknya dilakukan justru pada saat puncak penggunaan terjadi. Misalnya mulai dari sebelum ramadan hingga lebaran usai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved