Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PERUSAHAAN-perusahaan skala menengah di Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan cenderung memberikan prioritas tinggi pada kecerdasan buatan generatif (gen Artificial Intelligence/AI). Kecenderungan itu menonjol dibanding perusahaan yang berhasil meningkatkan pendapatannya meski semua perusahaan tersebut mengadopsi inovasi-inovasi AI baru di setiap lini bisnisnya.
Sebuah studi terbaru SAP menemukan perusahaan-perusahaan skala menengah di Indonesia yang didefinisikan sebagai perusahaan dengan jumlah karyawan antara 250 hingga 1.500 orang, dengan pertumbuhan pendapatan di bawah rata-rata, cenderung menempatkan prioritas tinggi pada adopsi gen AI (60%) dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan lebih tinggi (51%).
"Business AI merupakan peluang teknologi terbesar di abad ke-21 untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia," ujar Chief Partner Officer and Head of MidMarket, SAP Asia Pacific & Japan Utkarsh Maheshwari dikutip dari siaran pers, Rabu (16/10).
"Namun, manfaat Business AI tidak terbatas pada perusahaan. Organisasi dengan skala apa pun dapat mewujudkan peluang yang dapat ditawarkan oleh AI yang relevan, handal, dan bertanggung jawab. Bukan hanya menghasilkan gambar atau membuat video. AI mengotomatiskan masalah sehari-hari, memberikan wawasan hebat dengan cepat, dan memecahkan masalah bisnis sederhana dengan andal," lanjutnya.
Studi yang menyurvei 556 organisasi di Indonesia dan 12.003 organisasi di 20 negara dan 28 industri itu menemukan penggunaan kecerdasan buatan merupakan prioritas utama bagi perusahaan kelas menengah. Studi tersebut dilakukan pada Maret-April 2024 melalui survei dalam jaringan (daring/online).
Mengadopsi gen AI merupakan prioritas sedang atau utama bagi 95% bisnis di Indonesia, sementara mengadopsi aplikasi bisnis standar AI seperti machine learning untuk analisis data dan analisis prediktif merupakan prioritas utama bagi 94%.
Prioritas utama lainnya termasuk ancaman keamanan siber (95%), kelestarian lingkungan (95%), dan mengatasi kesenjangan dalam rantai pasokan (93%).
Lebih dari 6 dari 10 organisasi skala menengah di Indonesia meletakkan AI sebagai prioritas utama untuk mentransformasi keamanan dan privasi data (62%).
Area utama lainnya yang dapat ditransformasikan AI adalah meningkatkan pengambilan keputusan (57%), menciptakan model bisnis baru (50%), mengoptimalkan rantai pasokan (48%), mempersonalisasi pengalaman pengguna (46%), dan meningkatkan pengalaman pelanggan (46%).
Namun, kata Maheshwari, AI tidak hanya dirancang untuk memberikan manfaat di waktu mendatang. AI sedang diterapkan saat ini.
AI sudah digunakan pada tingkat yang moderat atau kuat di bisnis kelas menengah Indonesia untuk mengembangkan konten pemasaran dan penjualan (92%), berinteraksi dengan pelanggan atau vendor (91%), mendeteksi penipuan (89%), dan memantau ancaman keamanan siber (87%).
"AI bukanlah hal baru. Faktanya, kami menggunakannya selama beberapa dekade. Lebih dari 27 ribu pelanggan menggunakan SAP Business AI saat ini, termasuk di Indonesia. Kami menghadirkan lebih dari 70 contoh kasus penggunaan generative AI pada tahun lalu, dan kami berharap lebih dari 100 contoh kasus akan tersedia pada akhir 2024. Sekarang adalah waktu tepat untuk mengeksplorasi manfaat business AI," jelas Maheshwari.
Dia juga melihat masih ada beberapa tantangan untuk mendorong pertumbuhan bisnis skala menengah di Indonesia. Responden menyatakan kurangnya kualitas data untuk perencanaan atau pengambilan keputusan (41%) dan gangguan rantai pasokan (40%) sebagai tantangan internal utama terhadap pertumbuhan, masalah kurangnya integrasi antar sistem (38%) dan teknologi yang sudah ketinggalan zaman (32%).
Data juga disebut sebagai risiko organisasi dalam hal AI. Perusahaan-perusahaan skala menengah di Indonesia mengatakan risiko terbesar yang dihadapi perusahaan mereka akibat AI adalah mengambil keputusan berdasarkan informasi yang salah (37%), kurangnya transparansi hasil (33%), kurangnya jumlah dan kualitas data (32%), serta tuntutan hukum (31%).
"Semakin baik kualitas dan skala data Anda, semakin baik pula hasil AI Anda. Itulah mengapa bekerja sama dengan mitra teknologi seperti SAP amat penting karena SAP dibangun di dalam aplikasi yang mendukung proses bisnis yang dianggap krusial. Hanya dengan begitu, bisnis Indonesia dari berbagai skala dapat mewujudkan potensi Business AI," pungkas Maheshwari. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved