Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

PHE Capai Target Produksi Minyak

08/9/2016 09:27
PHE Capai Target Produksi Minyak
(ANTARA/Irsan Mulyadi)

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mampu mencapai target produksi minyak bumi di sepanjang enam bulan pertama 2016. Dari target 61 ribu barel per hari (bph), anak usaha PT Pertamina (persero) itu berhasil memproduksi 64.327 bph dan memproyeksikan produksi rata-rata 63.509 bph hingga akhir tahun.

“Target 61 ribu bph itu koreksi dari target sebelumnya, 68 ribu bph. Melihat situasi melemahnya harga mi­nyak dunia yang menyentuh US$40 per barel, PHE terpaksa menurunkan target awal. Namun kami bersyukur karena produksinya lebih dari itu,” ucap Presiden Direktur PHE Gunung Sardjono di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, kemarin.

Sayangnya, kinerja baik itu tidak diikuti sektor gas. Produksi gas PHE pada Januari hingga Juli 2016 hanya 728 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dari target 733,83 mmscfd.

“Tidak maksimalnya produksi gas karena permintaan pasar yang berkurang. Ini lebih didominasi persoalan permintaan,” kata dia.

Gunung menyebutkan ada tujuh kontrak jual beli gas yang penyerapannya rendah. “Jumlah gas yang tidak terserap dari tujuh perjanjian jual beli gas (PJBG) mencapai 25 mmscfd. Sebagian besar untuk sektor ketenagalistrikan. Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) PLN tidak beroperasi penuh sehingga gas dari PHE tidak terbeli.”

Untuk mengakali permasalahan itu, PHE sepakat mengusulkan amendemen PJBG dengan konsumen gas. “Kami tinggal menunggu persetujuan Kementerian ESDM supaya gas yang tidak terserap bisa dialihkan ke PT Pertagas Niaga dan PGN,” paparnya.

PHE juga berencana melepas 8 dari total 14 blok gas metana batu bara (CBM) yang dimiliki karena dianggap tidak cukup ekonomis dikembangkan.

“Kami akan lepas dengan menjual atau mengembalikan ke pemerintah. Kami sedang evaluasi internal, termasuk dengan komisaris dan pemegang saham,” ungkapnya.

Blok yang dimaksud ialah Sangatta I, Sangatta II, dan Tanjung II di Kalimantan Timur, serta Tanjung Enim, Muara Enim, dan Muara Enim I di Sumatra Selatan. Dari hasil pengeboran di lokasi-lokasi itu, pihaknya hanya memperoleh gas di kisaran 1 mmscfd.

“Kegiatan itu telah menghabiskan biaya US$30 juta, tetapi belum menunjukkan hasil cukup ekonomis untuk dikembangkan.” (Pra/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya