Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
NERACA perdagangan Indonesia diprediksi bakal tetap membukukan surplus di bulan-bulan ke depan hingga tutup buku 2023. Namun nilai surplus diperkirakan akan berada di level yang cukup sempit karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja dagang.
"Ke depan menurut saya neraca dagang masih tetap surplus, tapi memang sangat tipis. Penurunan drastis bulan Mei itu terlalu cepat dan tidak terduga," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, Kamis (15/6).
Kendati diperkirakan bakal menyempit, neraca dagang yang surplus ke depan bakal tetap menyuntik pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kemungkinan defisit neraca dagang di penghujung tahun ini dinilai amat kecil.
Baca juga : Jaga Target Investasi Rp1.400 Triliun di Tahun Politik
Kalau pun defisit, kata Tauhid, tak akan terlalu lebar dan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Hanya, situasi bakal berbeda jika pada Juni-Juli 2023 neraca dagang membukukan defisit.
Bila itu terjadi, besar kemungkinan sepanjang semester II tahun ini neraca dagang bakal mengalami defisit.
Baca juga : Utang Luar Negeri Indonesia Kembali Alami Penurunan
"Defisit itu kecil kemungkinannya, tapi misalkan berubah, dan Juni atau Juli nanti sudah defisit, ya itu akan jauh lebih buruk dari perkiraan. Jadi game changer itu adalah bulan depan, kalau Juni-Juli sudah defisit, itu akan berat," tutur Tauhid.
"Sumbangan perdagangan internasional terhadap PDB kita akan anjlok. Banyak lembaga internasional juga sudah memperkirakan bahwa ekonomi kita akan di bawah 5% tahun ini. Karena memang faktor eskternal ini tidak bisa ditunda, ditawar," sambungnya.
Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai neraca transaksi berjalan Indonesia bakal mencatatkan defisit yang relatif di tahun ini. Itu akan menjadi pembalikan setelah beberapa tahun sebelumnya mencatatkan surplus.
"Kami memperkirakan current account 2023 mencatat defisit kecil -0,65% dari PDB, dibanding 0,99% dari surplus PDB pada tahun 2022. Kami percaya bahwa hal ini masih dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah sampai batas tertentu, terhadap latar belakang ketidakpastian global yang tinggi," tuturnya.
Transaksi berjalan yang defisit, kata Faisal, tak luput dari prakiraan perdagangan Indonesia yang diprediksi akan melemah, utamanya dari sisi ekspor. Terlebih, sebagian besar bank sentral terus menerapkan suku bunga kebijakan yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama untuk menjinakkan inflasi yang membandel, yang akan membebani kinerja sektor riil.
Sedangkan impor diprakirakan masih sejalan dengan ekspor di tengah ketahanan ekonomi domestik yang mengindikasikan membaiknya permintaan domestik.
"Dengan demikian, kita terus mengantisipasi surplus perdagangan agar terus menyempit dan membuka kemungkinan neraca perdagangan berubah menjadi defisit lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya," pungkas Faisal.
Diketahui sebelumnya, Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2023 mencatatkan surplus US$0,44 miliar. Surplus tersebut menjadi yang 37 kali secara beruntun sejak Mei 2020. Namun tren surplus menunjukkan penyusutan sejak beberapa bulan terakhir.
"Surplus perdagangan Mei 2023 ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan Mei 2022," ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud dalam konferensi pers, Kamis (15/6).
Dari data BPS, surplus dagang pada April 2023 menyentuh US$3,9 miliar. Itu berarti terjadi penyusutan surplus hingga US$3,46 miliar dalam waktu satu bulan. Adapun surplus pada Mei 2023 diperoleh dari nilai ekspor yang sebesar US$21,7 miliar, lebih tinggi dari nilai impor sebesar US$21,3 miliar. (Z-5)
Volume perdagangan luar negeri terjadi surplus sebesar 123,69 ribu ton, yang disumbang oleh surplus komoditas non migas sebesar 512,97 ribu ton.
POLEMIK kebijakan pascapandemi, dan memanasnya konflik geopolitik menjadi faktor pembeda jika dibanding dengan pemicu krisis ekonomi sebelumnya, seperti pada 1998 dan 2008.
NILAI tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (12/8) ditutup melemah di tengah pasar mengantisipasi rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk Juli 2024.
Indonesia juga mendorong agar memperjuangkan kepentingan negara berkembang untuk meningkatkan capacity building demi meninggalkan penggunaan merkuri
Neraca perdagangan ekspor-impor Provinsi Kalimantan Selatan pada Maret 2021 mengalami surplus sebesar US$ 493,11 juta atau sekitar Rp7,2 triliun.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 tercatat defisit US$1,33 miliar.
Pelabuhan Bitung, Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan Akses Terpadu di Sulawesi Utara
Digitalisasi diyakini menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi masa depan. Semakin masif teknologi digital diimplementasikan, semakin cepat pertumbuhan ekonomi melesat.
Di Indonesia, bisnis yang dipimpin oleh perempuan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih dapat ditingkatkan hingga akhir 2023.
Investasi Jabar masih akan tertinggi secara nasional
PEMERINTAH daerah dan kalangan pebisnis di Jawa Barat optimistis investasi yang masuk ke wilayah ini pada 2024 masih akan tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved