Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
NERACA perdagangan Indonesia diprediksi bakal tetap membukukan surplus di bulan-bulan ke depan hingga tutup buku 2023. Namun nilai surplus diperkirakan akan berada di level yang cukup sempit karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja dagang.
"Ke depan menurut saya neraca dagang masih tetap surplus, tapi memang sangat tipis. Penurunan drastis bulan Mei itu terlalu cepat dan tidak terduga," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, Kamis (15/6).
Kendati diperkirakan bakal menyempit, neraca dagang yang surplus ke depan bakal tetap menyuntik pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kemungkinan defisit neraca dagang di penghujung tahun ini dinilai amat kecil.
Baca juga : Jaga Target Investasi Rp1.400 Triliun di Tahun Politik
Kalau pun defisit, kata Tauhid, tak akan terlalu lebar dan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Hanya, situasi bakal berbeda jika pada Juni-Juli 2023 neraca dagang membukukan defisit.
Bila itu terjadi, besar kemungkinan sepanjang semester II tahun ini neraca dagang bakal mengalami defisit.
Baca juga : Utang Luar Negeri Indonesia Kembali Alami Penurunan
"Defisit itu kecil kemungkinannya, tapi misalkan berubah, dan Juni atau Juli nanti sudah defisit, ya itu akan jauh lebih buruk dari perkiraan. Jadi game changer itu adalah bulan depan, kalau Juni-Juli sudah defisit, itu akan berat," tutur Tauhid.
"Sumbangan perdagangan internasional terhadap PDB kita akan anjlok. Banyak lembaga internasional juga sudah memperkirakan bahwa ekonomi kita akan di bawah 5% tahun ini. Karena memang faktor eskternal ini tidak bisa ditunda, ditawar," sambungnya.
Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai neraca transaksi berjalan Indonesia bakal mencatatkan defisit yang relatif di tahun ini. Itu akan menjadi pembalikan setelah beberapa tahun sebelumnya mencatatkan surplus.
"Kami memperkirakan current account 2023 mencatat defisit kecil -0,65% dari PDB, dibanding 0,99% dari surplus PDB pada tahun 2022. Kami percaya bahwa hal ini masih dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah sampai batas tertentu, terhadap latar belakang ketidakpastian global yang tinggi," tuturnya.
Transaksi berjalan yang defisit, kata Faisal, tak luput dari prakiraan perdagangan Indonesia yang diprediksi akan melemah, utamanya dari sisi ekspor. Terlebih, sebagian besar bank sentral terus menerapkan suku bunga kebijakan yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama untuk menjinakkan inflasi yang membandel, yang akan membebani kinerja sektor riil.
Sedangkan impor diprakirakan masih sejalan dengan ekspor di tengah ketahanan ekonomi domestik yang mengindikasikan membaiknya permintaan domestik.
"Dengan demikian, kita terus mengantisipasi surplus perdagangan agar terus menyempit dan membuka kemungkinan neraca perdagangan berubah menjadi defisit lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya," pungkas Faisal.
Diketahui sebelumnya, Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2023 mencatatkan surplus US$0,44 miliar. Surplus tersebut menjadi yang 37 kali secara beruntun sejak Mei 2020. Namun tren surplus menunjukkan penyusutan sejak beberapa bulan terakhir.
"Surplus perdagangan Mei 2023 ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan Mei 2022," ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud dalam konferensi pers, Kamis (15/6).
Dari data BPS, surplus dagang pada April 2023 menyentuh US$3,9 miliar. Itu berarti terjadi penyusutan surplus hingga US$3,46 miliar dalam waktu satu bulan. Adapun surplus pada Mei 2023 diperoleh dari nilai ekspor yang sebesar US$21,7 miliar, lebih tinggi dari nilai impor sebesar US$21,3 miliar. (Z-5)
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia masih mencatat angka besar, namun sejumlah risiko mulai mengintai kelanjutannya. Pada Maret 2025, surplus dagang Indonesia mencapai US$4,33 miliar.
Kebijakan tarif impor AS itu akan mengganggu neraca pembayaran Indonesia, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. Ini mengingat AS adalah mitra dagang utama Indonesia.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.
NERACA perdagangan Indonesia masih resilien di tengah pelemahan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ssebesar US$3,45 miliar atau senilai Rp55,81 triliun pada Januari 2025.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS adalah Indonesia bisa membuka akses market ke pasar global dan potensi meningkatkan kualitas neraca dagang luar negeri.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus berupaya mendorong intensitas perdagangan demi mengatasi gejolak perekonomian global. Demi memuluskan upaya tersebut, industri maritim logistik juga harus diperkuat.
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Menteri-menteri ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto perlu segera dievaluasi terutama terkait kegagalan efek stimulus dan memanfaatkan momentum di triwulan I 2025.
SETELAH membuka sejumlah gerai di Bengkulu, Kraving kini bersiap memperluas jangkauan ke Jakarta dan BSD City pada 2026.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved