Prospek Ekonomi dan Keuangan Indonesia Berada dalam Jalur Positif

KEPALA Ekonom Regional Asia HSBC Frederic Neumann melihat sektor perekonomian dan keuangan Indonesia berada dalam jalur positif. Dalam pandangan yang cukup konstruktif terkait ekonomi dan mata uang rupiah, mereka melihat Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar telah mencapai puncak siklus pengetatannya. Dengan kata lain suku bunga bank Indonesia BI 7RRR telah mencapai puncaknya di 5,75%.

“Langkah selanjutnya di Indonesia mungkin menuju pelonggaran atau penurunan suku bunga sejalan dengan inflasi yang turun. Ini jelas sangat membantu pasar obligasi secara umum. Kami sebenarnya melihat manajemen fiskal yang cukup hati-hati di Indonesia, dan neraca pembayaran yang relatif terjangkar dengan baik,” kata Frederic dalam HSBC Asia Outlook Semester II-2023, Senin (22/5).

Meski di masa lalu memang volatilitas keuangan global mungkin saja memukul Indonesia, namun kini ketika volatilitas itu meningkat, meski masih menyebar ke pasar seperti Indonesia, tetapi tim ekonom HSBC melihat perdagangan Indonesia cukup tangguh dalam menghadapi itu selama beberapa bulan terakhir.

“Dan kami pikir itu akan tetap bertahan. Sebagian karena komposisi investor asing di Indonesia tidak sebesar dulu, setidaknya relatif terhadap ukuran pasar obligasi. Dan itu memberikan stabilitas, dan kami juga melihat semakin banyak investor regional tertarik pada Indonesia yang memberikan ketahanan lebih lanjut dalam hal basis investor obligasi Indonesia,” kata Frederic.

Kepala Departemen Strategi Ekuitas Asia Pasifik HSBC Herald van der Linde mengatakan sebenarnya, lingkungan makro global untuk ekuitas Asia berubah menjadi positif. Tentu, pasar saham Tiongkok mendapat perhatian paling besar, terutama terkait dengan kecepatan pemulihan ekonomi. Pasar saham Taiwan dan Korea Selatan juga bergerak positif didukung oleh sektor dan kecerdasan artifisial (AI), yang akan mempengaruhi ekspor dan permintaan teknologi.

Kinerja pasar saham cerah tidak hanya pada Asia Utara tetapi juga selatan dan tenggara, seperti India dan Indonesia untuk dua hingga tiga tahun ke depan. Visibilitas indeks pertumbuhan dan pendapatan terjadi, setelah sejak awal tahun sempat berkinerja buruk di awal tahun 2023 karena uang berotasi di Tiongkok ketika ekonominya dibuka kembali.

“Tapi kami pikir rotasi itu sudah mulai berbalik arah, dimana terlihat uang sekarang berpindah keluar dari China masuk ke India dan Indonesia,” kata Herald.

Indonesia pun telah menjadi pasar dengan jumlah IPO tertinggi di planet bumi, melampaui yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ada lebih banyak IPO dalam empat atau lima bulan pertama tahun ini. Tetapi itu berarti orang perlu menggali lebih dalam untuk menggalang dana.

“Saya tidak benar-benar memiliki rincian tentang negara tertentu, tetapi ada banyak bisnis rintisan (startup) yang bermunculan di pasar, termasuk di Indonesia dan India. Mereka lalu menjadi besar dan siap untuk IPO masuk pasar saham. Saya menduga pola ini akan berlanjut,” kata Herald. (E-3)