STAF Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menyampaikan strategi utama dalam hilirisasi mineral ialah percepatan pengintegrasian rantai pasok antara tambang dan fasilitas pengolahan hasil tambang (smelter) dan pengintegrasian industri pengguna bahan olahan mineral.
"Strategi hilirisasi mineral ini dibutuhkan untuk mencapai Indonesia hebat di 2045," ungkapnya dalam acara Executive Forum Media Indonesia: Mengakselerasi Hilirisasi Industri di Jakarta, Kamis (30/3).
Pada komoditas nikel, strategi yang diupayakan pemerintah ialah percepatan pembangunan pabrik nikel sulfat atau NiSO4 baik dari jalur hidrometalurgi maupun pirometalurgi. Hidrometalurgi menjadi menyokong pembuatan bahan baku baterai kendaraan listrik.
"Jumlah smelter nikel Indonesia sudah lebih dari 100. Sumber daya bijih nikel memang besar dengan 17,68 miliar ton dan cadangan sebesar 5,24 miliar ton," jelas Irwandy.
Baca juga: Industri Smelter Didorong Miliki Program Kepatuhan Ketenagakerjaan
Untuk komoditas bauksit, pemerintah mendorong adanya percepatan operasi pabrik refinery alumina untuk mengolah bauksit domestik. Di komoditas timah, lanjut Irwandy, perlunya strategi peningkatan penyerapan domestik produk timah dan pengaturan tata niaga.Kemudian, pada komoditas tembaga, diperlukan percepatan pembangunan pabrik smelter tembaga.
"Di sini kami meminta PT Freeport Indonesia mengupayakan percepatan smelter di Gresik dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk smelter di Nusa Tenggara Barat," terangnya.
Untuk komoditas emas dan perak, strategi terpenting ialah penertiban kegiatan pabrik smelter emas tanpa izin usaha pertambangan (IUP).
Baca juga: Jokowi: Empat Negara Terlibat Pengembangan Smelter Nikel di Luwu Timur
Kementerian ESDM menargetkan akan ada tambahan 17 smelter di tahun ini. Di 2022, sudah ada tujuh proyek smelter rampung dibangun yakni
PT Aneka Tambang di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, PT Vale Indonesia di Sulawesi Selatan, PT Wanatiara Persada di Maluku Utara, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Weda Bay Nickel di Maluku Utara, PT Antam dengan pembangunan pabrik feronikel haltim (P3FH) di Maluku Utara dan PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kalimantan Selatan yang merupakan smelter besi menghasilkan sponge ferro alloy. (Z-6)