Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Open Banking adalah Masa Depan Perbankan dan UMKM

Mediaindonesia.com
10/11/2022 17:41
Open Banking adalah Masa Depan Perbankan dan UMKM
Pegawai menunjukan inovasi aplikasi pembayaran digital salah satu bank di Bandung, Jawa Barat.(Antara)

OPEN banking merupakan masa depan perbankan di era digitalisasi saat ini. Strategi digital tersebut juga disebut cocok dengan kondisi Indonesia dengan jumlah unbanked yang masih terbilang tinggi. Dengan membentuk ekosistem pembayaran digital, bank bersama mitra dapat meningkatkan transaksi digital, menggaet nasabah baru, dan efisien dari sisi operasional.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, open banking memecahkan sejumlah masalah yang saat ini dihadapi perbankan. Untuk bank-bank dikategori KBMI 1 dan 2, open banking mendorong efisiensi dari sisi operasional perbankan. Karena transformasi digital bukan merupakan langkah korporasi yang berbiaya murah.

"Keberadaan open banking ini mendamaikan bank dan fintech, tidak lagi ada kompetisi antara perbankan dan fintech. Yang terjadi justru kolaborasi yang meluas antara keduanya, yang memberikan nilai tambah bagi nasabah dan win win solution untuk keduanya," ujarnya.

Bhima menjelaskan, bank tidak perlu melakukan investasi untuk survei konsumen, survei nasabah, produk yang diperlukan nasabah, dan merekrut banyak talenta digital untuk melakukan transformasi digital.

Open banking juga menyelesaikan permasalahan gap infrastruktur. Pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi terutama oleh infrastruktur. Infrastruktur digital belum merata. Masih ada gap antara Jawa dan luar Jawa, terutama pedesaan. Hadirnya open banking dan daya jelajah fintech menyebabkan bank dapat memberikan layanan keuangan hingga ke pelosok.

Banyak juga pengguna baru yang tertarik pada pembayaran digital karena kelengkapan fitur dan adanya promo atau diskon. "Yang dibutuhkan ke depan adalah engagement atau bagaimana mendorong loyalitas agar masyarakat tergerak menggunakan layanan digital karena fitur atau layanan yang bagus," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut dia, open banking juga membuka kerja sama lebih luas dengan pemain ritel tradisional, yang notabene adalah pelaku UMKM. Hingga kini, pemain ritel tradisional seperti warung dan pasar tradisional masih lambat dalam mengadopsi pembayaran digital. Sementara ritel dan pasar tradisional menguasai lebih dari 75% total transaksi ritel nasional.

Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, perubahan lanskap pembayaran digital di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor. Di satu sisi, kemajuan teknologi memungkinkan perbankan dapat mempersilahkan mitra potensial untuk berinovasi dengan sistem layanan perbankan digital yang tersedia. Di sisi lain, perilaku dan keinginan nasabah yang berubah mendorong kompetisi layanan perbankan digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah tersebut sesuai dengan tren saat ini.

Ditopang oleh penetrasi telepon pintar di Indonesia, kedua faktor tersebut mendorong sejumlah institusi keuangan, baik perbankan maupun Fintech menyediakan layanan digital bagi nasabah dan terus melakukan inovasi sesuai dengan kebutuhan.

Belakangan, kompetisi antara perbankan dan Fintech mengerucut menjadi kolaborasi karena dalam perjalanan, perbankan dan Fintech menyadari kebutuhannya untuk saling melengkapi dan membentuk ekosistem layanan perbankan untuk sama-sama berbagi keuntungan dari ekosistem digital tersebut.

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat 91,3 juta penduduk Indonesia yang belum tersentuh layanan keuangan perbankan. Melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, Bank Indonesia bakal menavigasi peran industri pembayaran untuk menggapai populasi unbanked tersebut sekaligus memberikan akses bagi 62,9 juta UMKM ke dalam ekonomi dan keuangan berkelanjutan melalui digitalisasi.

Henky mengatakan, pihaknya telah melakukan pengembangan layanan open banking API (application programming interface) yang memungkinkan Bank Sampoerna dapat berintegrasi dengan inovasi layanan pembayaran milik mitra strategis sesuai standar BSPI 2025. Kolaborasi antara Bank Sampoerna dan mitra strategis tersebut sangat penting untuk memberikan akses perbankan bagi para nasabah individu maupun UMKM, termasuk yang masih unbanked.

“Dengan kolaborasi tersebut, kami berharap dapat memaksimalkan penetrasi pasar dan bisnis untuk layanan keuangan yang lebih terukur serta memaksimalkan bisnis dalam ekosistem keuangan antara Bank Sampoerna dan mitra perusahaan fintech,” katanya.

Henky mengakui, berkat kerja sama tersebut, sejumlah manfaat dapat diperoleh, seperti meningkatkan potensi pembukaan rekening dan menambah Dana Pihak Ketiga (DPK), peningkatan fee based income dari transaksi yang dijalankan oleh mitra strategis, dan memberikan nilai tambah bagi nasabah karena open banking memungkinkan adanya layanan perbankan yang lebih variatif, efektif, efisien, sesuai kebutuhan dan tren saat ini.

“Tidak dapat dipungkiri open banking memberikan dampak pertumbuhan positif atas jumlah nasabah dan penghasilan baru dari pengguna aplikasi para mitra strategis. Kerja sama ini memberikan prospek yang menjanjikan di masa depan bagi perbankan dan membawa nilai tambah bagi nasabah, termasuk untuk untuk UMKM di Tanah Air,” katanya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya