Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Mengubah Ban Bekas Jadi Fesyen Berkelas

Fathurrozak
20/10/2022 07:45
Mengubah Ban Bekas Jadi Fesyen Berkelas
Proses pembuatan dan produk Bandalm.(Dok. Bandalm)

PROSES penemuan produk fesyen yang berbahan ban dalam bekas sebenarnya dimulai ketika Laura Tanalepy yang tinggal di Saparua, Maluku, menghadapi permasalahan lingkungan. Di tempat tinggalnya, limbah belum terolah dengan baik. Itu termasuk sampah rumah tangga yang kerap dibuang langsung ke laut.

Laura kerap kali harus membawa sejauh 18 kilometer atau setara 30 menit dengan menggunakan kendaraan untuk membawa sampah rumah tangganya agar bisa diolah di wilayah kota. Permasalahan itulah yang pada 2018 silam Laura paparkan dalam forum lingkungan di Bali yang digagas British Council. Di forum tersebut, Laura memaparkan permasalahan lingkungan yang dihadapi wilayahnya serta menantikan solusi-solusi yang mungkin tercipta.

Dalam lawatannya ke Bali itu, ia sekaligus membawa oleh-oleh ke sesama yang terlibat dalam acara lingkungan British Council. Laura mengolah ban-ban dalam bekas yang berserak di pinggir jalan dan di pantai menjadi suvenir perhiasan seperti anting.

“Niatnya, kan, buat oleh-oleh, tapi, kok, banyak yang bertanya ‘Ini berapa (harganya)?’. Lo, kan, saya enggak jual. Cuma buat oleh-oleh. Lalu saya dipesani salah satu fotografer dari British Council untuk mengembangkan produk yang saya bawa itu,” kenang Laura, pemilik merek fesyen Bandalm, produk yang memanfaatkan material ban dalam bekas, saat berbincang dengan Media Indonesia melalui sambungan telepon, Sabtu (14/10).

Sepulang dari Bali, Laura pun mengembangkan idenya untuk menjadikan produknya menjadi lebih bisa diterima pasar. Ia mendesain beberapa produk, termasuk tas. Karena material yang digunakan ialah karet, penanganannya pun berbeda dengan material kulit ataupun kain.

“Kalau dijahit, ban itu dari karet, jadi ikut melar. Terus mesin jahitku sempat rusak. Akhirnya di awal, aku menjahit manual dengan tangan. Untuk bikin satu item, bisa 5 jam sendiri,” cerita Laura tentang awal merintis Bandalm.

Seiring dengan berjalannya waktu, Laura pun bisa beradaptasi. Pengerjaannya kini cukup singkat menjadi sekitar 1 jam untuk tiap item besar. Efisiensi pengerjaan itu, menurut Laura, juga berkat banyak mitra yang bergabung di produksinya. Termasuk para mitra perajin dari Pulau Seram. Kini, Bandalm pun memiliki setidaknya tiga mesin jahit khusus, bantuan dari Bank Indonesia, sebagai salah satu pembina UMKM.

Dari yang paling mentok hanya bisa mengerjakan 70 item, kini dalam sebulan Bandalm telah memproduksi setidaknya 300-500 item. Omzetnya, yang saat awal paling bermodal Rp200 ribu dan memanfaatkan limbah ban bekas gratis, kini per bulan minimal mencapai Rp8 juta.

 

Gandeng mitra

Mitra perajin Bandalm tidak saja ada di Maluku, tapi juga di Pulau Jawa. Sistemnya ialah Laura mendesain produk dan mengirim materialnya lalu mitra mereka akan mengerjakan.

“Pekerja ada empat dan mitra ada tujuh. Kami mengerjakan mulai tas, anting, gantungan kunci, buku catatan, hingga tempat bolpoin, dan ini lagi mau mengembangkan baju, bekerja sama dengan teman,” tambah Laura.

Bersama para mitra perajinnya, produk Bandalm akhirnya bisa menjadi lebih cantik karena memiliki unsur lain yang dipadukan, seperti makrame.

Selain di Pulau Jawa, kini pemasaran Bandalm pun telah menjangkau negeri tetangga, Singapura. Awalnya memang pasar-pasar konvensional seperti pameran masih jadi metode utama mereka. Namun, kini Bandalm juga berupaya untuk kian mengembangkan pasar digital mereka. Mulai media sosial Instagram (@bandalm_id), Whatsapp Business, hingga kini tengah memproyeksikan untuk masuk ke lokapasar digital di Maluku.

Sejak 2018, Bandalm rajin ikut pameran, baik di tingkat lokal maupun luar kota seperti Makassar, dan ikut di pameran milik Bank Indonesia, Karya Kreatif Indonesia (KKI). Terakhir, Bandalm ikut di pameran milik Kemenparekraf, Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2022 yang berlangsung di salah satu pusat perbelanjaan di Tangerang. Bandalm menjadi perwakilan dari Maluku dan berhasil masuk ke 10 besar finalis terbaik AKI 2022 dan mendapat hadiah Rp2 juta.

“Saat ikut di AKI 2022, mata saya terbuka. Melihat banyak subsektor lain yang keren-keren dari seluruh Indonesia, enggak cuma dari Maluku. Jadi dapat masukan juga untuk pengembangan ide Bandalm selanjutnya,” ujar Laura.

“Namun, yang masih jadi pertanyaan setelah AKI 2022 ini selesai, apakah akan ada pendampingan yang berkelanjutan dari Kemenparekraf? Ini juga yang ditanyakan teman-teman UMKM di Maluku yang ikut seleksi kemarin karena itu yang kami butuhkan (pendampingan berkelanjutan).”

Laura pun memiliki catatan, sejauh ini, pemerintah lokal Maluku masih belum memberikan ruang fasilitasi yang masif bagi para pelaku umkm. Terlebih untuk pemasaran dan digitalisasi.

“Masih minim sekali dari pemerintah lokal. Harapannya ya bisa dibimbing dan difasilitasi, biar UMKM di Maluku itu ikut ter-upgrade.” (M-3)

 

Biodata

Bandalm

Sejak 2018

Produk: Tas, perhiasan, aksesori, dan suvenir dengan bahan dasar ban dalam bekas.

Basis: Maluku

Pemilik: Laura Tanalepy

Penghargaan: 10 finalis terbaik Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2022, Kemenparekraf



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya