Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
LEMBAGA survei belanja daring iPrice kembali menggelar laporan perilaku belanja daring Indonesia 2021/22. Dalam laporan kedua itu, iPrice melakukan penelusuran terhadap pola pencarian informasi produk dan transaksi yang dilakukan oleh warga Indonesia.
Menggunakan data aktivitas 125 juta unique user di website iPrice, peneliti menemukan pergeseran preferensi waktu belanja terfavorit pada periode Januari 2021 hingga April 2022.
Dalam laporan periode 2016/17 lalu, iPrice mengungkapkan bahwa hari kerja menjadi waktu yang paling disukai masyarakat Indonesia untuk berbelanja daring, dengan aktivitas tertinggi berada di antara pukul 10.00 hingga pukul 17.00. Adapun puncak transaksi berada pada pukul 11.00.
Baca juga: Hindari Penipuan, Ini Tips Jadi Pembeli Online
Sebaliknya, pada 2021/22, warga Indonesia tidak lagi gemar mencuri waktu kerja melainkan menggunakan waktu luang mereka di luar jam kerja untuk berbelanja.
Kegiatan belanja daring mulai ramai dilakukan sejak pukul 08.00, kemudian berpuncak saat jam istirahat makan siang dan kembali aktif mulai pukul 18.00 hingga 21.00.
MI/HO--Grafis waktu belanja daring warga Indonesia
Pergeseran juga bisa terlihat dari hari yang lebih diminati warga untuk berbelanja. Pada periode 2016/17, sebagian besar warga melakukan transaksi daring di hari kerja, dengan puncaknya pada hari Rabu.
Sedangkan saat ini, hari Minggu juga ikut menjadi puncak aktivitas kegiatan transaksi. Hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan minat belanja di akhir pekan.
Bergesernya tren waktu belanja dalam setahun belakangan ini, agaknya terpengaruh oleh perkembangan ekosistem mobile shopping.
Perusahaan e-commerce berupaya konsisten mengoptimalkan tampilan web dan aplikasi mereka agar semakin mobile-friendly. Para merchant juga kerap melakukan strategi campaign marketing seperti pemberian kupon dan promosi khusus bagi mobile shoppers, yang mendorong terjadinya transaksi menggunakan perangkat mobile. Dengan begitu, mereka semakin percaya untuk berbelanja melalui mobile platform di mana saja dan kapan saja.
Di samping itu, warga tidak perlu lagi bergantung pada komputer kantor untuk berbelanja di sela jam kerja karena kebijakan work from anywhere yang semakin populer.
Kini, kegiatan tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lainnya, baik itu di pagi hari untuk menemani sarapan, saat dalam perjalanan, bahkan saat berkegiatan di akhir pekan.
Analisa lebih mendalam yang dilakukan iPrice juga mengungkapkan bahwa meskipun transaksi yang dilakukan menggunakan perangkat desktop jumlahnya lebih sedikit dari mobile, transaksi menggunakan desktop biasanya dilakukan untuk produk yang memiliki nilai jual yang tinggi, seperti alat elektronik dan perhiasan.
MI/HO--Gawai yang digunakan warga untuk berbelanja daring.
Tentu, sebelum membuat keputusan untuk membeli produk dengan harga yang tinggi shoppers membutuhkan informasi lebih banyak. Sehingga, meskipun kenyamanan berbelanja menggunakan perangkat mobile telah meningkat secara signifikan, hal ini belum dapat mengalahkan desktop. Hal itu karena desktop memiliki layar yang lebih besar dan memungkinkan shoppers untuk mencari serta membandingkan produk dengan lebih mudah karena tampilan informasi yang mendetail.
Berdasarkan data iPrice, jumlah pengeluaran rata-rata dari transaksi desktop nilainya lebih besar 75% dibandingkan dengan perangkat mobile di sebagian besar pasar Asia Tenggara.
Tapi, Vietnam adalah pengecualian untuk tren ini. Nominal transaksi rata-rata di perangkat mobile (Rp245 ribu) lebih tinggi sedikit daripada desktop, dengan selisih Rp19 ribu.
Tampaknya, warga Vietnam justru lebih nyaman membeli produk bernilai tinggi secara offline. Riset dari Deloitte juga melaporkan, tidak seperti pasar Asia Tenggara lainnya, negara ini tidak mengalami pergeseran besar dari penjualan tradisional ke penjualan modern (e-commerce) selama pandemi covid-19. Kuatnya daya tarik belanja offline didorong oleh kenyamanan yang ditawarkan retailer offline dan kedekatan mereka dengan para pelanggan yang ada.
Di Indonesia sendiri, pengeluaran rata-rata warga yang bertransaksi menggunakan desktop adalah sebesar Rp454 ribu, nilai ini lebih besar 114% jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran pada perangkat mobile (Rp212 ribu).
Jadi, meskipun mobile adalah pilihan yang menarik dan praktis untuk berbelanja daring, desktop masih memiliki keunggulan tersendiri dalam pencarian informasi dan pendukung pengambilan keputusan saat ingin membeli produk yang bernilai tinggi. (RO/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved