Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Mengubah perilaku dan kebiasaan sehari-hari dapat menjadi langkah awal yang kuat untuk menerapkan ekonomi biru, hijau, dan sirkular. Ini juga dinilai sejalan dengan fokus dunia yang tengah mengupayakan penciptaan ekonomi berkelanjutan.
Demikian pesan yang disampaikan Deputi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi dalam Side Event G20 Seminar on Blue Energy, Green, and Circular Economy: The Future Platform for Post-pandemic Development di Labuan Bajo, NTT, Rabu (13/7).
Salah satu contoh kecil yang ia sampaikan, yakni, penyiapan lokasi pertemuan Sherpa G20 yang berlangsung di Labuan Bajo. Edi menyebutkan, pada Maret lalu saat melakukan survei tempat, dia mendapati banyaknya tumpukan sampah plastik di Pink Beach, salah satu tempat yang dikunjungi delegasi.
Padahal, kata dia, salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan Sherpa G20 ialah terkait lingkungan. Karenanya, saat itu ia mengajak warga Labuan Bajo dibantu dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama membersihkan beberapa tempat dan berakhir dengan baik.
Selain itu, porsi makanan yang diberikan kepada delegasi juga ditimbang dengan matang agar tidak ada limbah pangan. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mengurangi potential loss food and waste (FLW).
"Itu adalah bagian dari hal-hal konkret yang dapat kita lakukan. Di beberapa negara, mungkin di Eropa dan di Jerman. Mereka menerapkan penalti jika Anda meninggalkan makanan di piring, terutama dalam layanan prasmanan. Ini sangat praktis, sangat mudah dilakukan sebagai bagian dari ekonomi biru, hijau dan sirkular dengan melakukan diversifikasi kampanye kepada orang-orang," jelas Edi.
Itu berkaitan dengan tema seminar yang diangkat kali ini. Indonesia, kata Edi, tidak memisahkan ekonomi biru, hijau, dan sirkular, melainkan menjadi satu prioritas yang harus dicari solusi terbaiknya. Tiga bidang itu harus terintegrasi dan menjadi konsep yang utuh agar mudah diimplementasikan.
Meski tiap bidang memiliki kecondongan pendekatan secara spesifik, ketiganya memiliki tujuan sama, yakni mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, di mana masyarakat dan lingkungan dapat hidup secara harmonis.
Selama seminar, para pembicara telah menjelaskan mengenai ragam tantangan signifikan yang harus dihadapi dalam rangka mempromosikan adopsi ekonomi biru, hijau, dan sirkular. Benang merah yang didapat ialah berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, anggota masyarakat, akademisi dan aktor sektor swasta dapat berkontribusi pada pengembangan penanggulangan terhadap ragam tantangan tersebut.
"Dengan demikian, harapan kita bahwa seminar ini dapat membangkitkan semangat dan kesadaran baru pada kita semua, menjadi embrio untuk kolaborasi masa depan pada ekonomi hijau, biru dan sirkular sebagai konsep terintegrasi," kata Edi yang juga merupakan Co-Sherpa G20 Indonesia.(E-1)
Ekonomi sirkular didorong untuk mengatasi masalah sampah yang membanjiri tempat pembuangan dan rendahnya kesadaran konsumen serta produsen untuk bertanggung jawab
Kebijakan ekonomi sirkular bisa menumbuhkan ekonomi senilai Rp101 triliun atau setara 4,1%n APBN 2019 dengan dampak yang lebih positif terhadap kualitas lingkungan.
Kedua negara sepakat untuk melanjutkan dan memperkuat kerja sama di bidang pengelolaan sampah, ekonomi sirkular, dan kualitas air, serta perubahan iklim.
Komitmen dan peran aktif pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan sampah dengan menjadikan sampah sebagai bahan baku ekonomi diperkuat.
Tercatat sampai saat ini, terdapat 2 provinsi dan 39 kabupaten/kota yang telah mengeluarkan kebijakan daerah terkait pelarangan dan pembatasan plastik sekali pakai.
Pendekatan ekonomi linier dalam pengelolaan sampah dengan ciri khas make, consume, dan dispose, disebut Menteri Siti juga harus digantikan dengan ekonomi sirkular.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved