Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PEJABAT senior dari beberapa provinsi di Tiongkok baru-baru ini melakukan kunjungan lapangan untuk memeriksa situasi ekonomi, mendorong penerapan kebijakan yang mendorong pertumbuhan, memastikan stabilisasi untuk memastikan ekonomi beroperasi dalam kisaran yang wajar, dan mempromosikan penerapan kebijakan untuk menstabilkan ekonomi.
Selama riset pasar di Taizhou, Provinsi Jiangsu China Timur, pada hari Kamis dan Jumat pekan lalu, Gubernur Provinsi Jiangsu, Xu Kunlin, mengatakan bahwa pejabat lokal harus memanfaatkan tiap menit dan detik untuk mengimplementasikan kebijakan, serta menstabilkan pasar ekonomi, menurut Harian Xinhua, dilansir Selasa (14/6)
Baca juga: Andalin Trade Upaya Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia
Badan disipliner utama Partai Komunis Tiongkok (CPC) juga mengirim tim ke perbankan komersial terkemuka Tiongkok untuk memastikan kebijakan dukungan keuangan komite pusat CPC terhadap ekonomi diimplementasikan sepenuhnya. Langkah pejabat provinsi menanggulangi ekonomi menunjukkan urgensi pemerintah daerah untuk mempelajari rencana kerja yang terperinci dan khas berdasarkan situasi daerah masing-masing.
"Saat ini, pemerintah daerah termotivasi untuk meluncurkan rencana stimulus ekonomi. Banyak dari mereka akan menghadapi masalah keuangan jika ekonomi tidak membaik dalam beberapa bulan mendatang," Cong Yi, profesor di Universitas Keuangan dan Ekonomi Tianjin.
Setelah serangkaian pertemuan untuk pro-pertumbuhan baru-baru ini di tingkat pusat, sekarang tergantung pada upaya lokal dapat menjaga ekonomi dalam kisaran pertumbuhan yang wajar pada kuartal II-2022.
"Apakah ekonomi Tiongkok dapat mengabaikan dampak parah dari wabah epidemi domestik dan lalu lintas ekonomi di tingkat internasional yang rumit pada kuartal III-2022, sangat penting untuk mencapai target pertumbuhan setahun penuh sebesar 5,5 persen," kata Tian Yun, mantan wakil direktur Beijing Economic Operation Association, kepada Global Times.
Banyak pemerintah daerah di Tiongkok mengalami penurunan pendapatan fiskal dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena gejolak Omikron di Shanghai yang mengganggu rantai pasok. Pendapatan anggaran daerah Shenzhen turun 12,6 persen dalam empat bulan pertama, Beijing turun 3,5 persen, sedangkan pendapatan Shanghai turun 6,63 persen.
Jika ekonomi terjebak dalam kondisi pertumbuhan rendah terlalu lama, biaya untuk mengembalikannya ke level semula akan sangat besar. Ini alasan mengapa semua tingkat pemerintahan mulai dari Dewan Negara, kabinet, kementerian hingga pemerintah daerah berlomba untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Cong mencatat bahwa upaya top-down baru-baru ini untuk merangsang ekonomi mencerminkan keunggulan institusional Tiongkok. Sebab kebijakan yang didorong ke depan yaitu penyebaran terpadu, tindakan terpadu, dan peran dinamis regional.
“Artinya, ketika kesulitan datang, upaya diluncurkan dengan arah yang jelas, bukan kebijakan yang terpecah-pecah dan kontradiktif,” kata Cong.
Prospek cerah
Upaya pemerintah daerah untuk menerapkan stimulasi ekonomi menghasilkan harapan di antara para analis tentang prospek ekonomi Tiongkok tahun 2022. Beberapa tanda positif baru-baru ini mulai terlihat, meski ada tantangan oleh penguncian wilayah baru-baru ini di Shanghai dan penyebaran virus korona.
Data bea cukai menunjukkan ekspor Tiongkok tumbuh 16,9% (yoy) menjadi US$308,25 miliar di bulan Mei. Ini membuktikan terlepas dari tekanan ekonomi saat ini, harus ada rebound kuat dalam ekonomi Tiongkok pada kuartal III dan IV-2022, karena fundamen ekonomi Tiongkok tidak berubah, menurut para ahli.
“Angka pertumbuhan ekspor jauh melebihi perkiraan sekitar 8 persen. Inj menunjukkan rantai industri dan rantai pasok Tiongkok, terutama di wilayah Delta Sungai Yangtze, pulih lebih cepat dari yang diharapkan. Ini sebuah indikasi bahwa ekonomi Tiongkok mungkin lebih tangguh daripada yang diperkirakan. banyak yang memperkirakan," kata Tian.
Sedangkan Cong memiliki sudut pandang yang lebih hati-hati, mengatakan bahwa bisa tidaknya Tiongkok mencapai target ekonomi tergantung pada kecepatan dan efek kebijakan stimulus ekonomi lokal. Menurut dia, ekspor seharusnya tidak menjadi tulang punggung utama pertumbuhan ekonomi Tiongkok, karena sektor ini memiliki terlalu banyak ketidakpastian.
"Tantangan utama Tiongkok adalah fokus pada kerja ekonominya saat ini, yaitu sirkulasi internal, belum menunjukkan momentum yang cukup untuk pulih," kata Cong. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved