YLKI: Mendag tak akan Mampu Mengulik Fenomena Mafia Minyak Goreng

Fetry Wuryasti
22/3/2022 23:47
YLKI: Mendag tak akan Mampu Mengulik Fenomena Mafia Minyak Goreng
Minyak goreng(Antara/M. Agung Rajasa )

KETUA Umum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi meyakini seorang Menteri Perdagangan, tak akan mampu mengulik fenomena mafia minyak goreng. Maka tidak heran ketika dia ingkar janji.

"Yang ada hanya PHP (pemberi harapan palsu) melulu, termasuk janji bahwa pada Senin 21/03, tersangka mafia minyak goreng akan diumumkan. Faktanya gone with wind," kata Tulus, Selasa (18/3).

Baca juga: Labuan Bajo Terus Dipercantik Sambut Ajang Bergengsi Presidensi G20

Dia berpendapat, soal mafia minyak goreng, seharusnya ditangani pada level Presiden. Tetapi ironisnya, kata Tulus, Presiden belum juga ada aksi nyata.

"Kalau memang ada mafia migor, kenapa tidak dibentuk Tim Anti Mafia Migor, seperti dahulu ada tim anti mafia migas, walaupun gagal juga. Apakah gonjang ganjingnya isu migor ini menjawab sinyal bahwa tiga komoditas di negeri ini yaitu tembakau, batubara, dan sawit, tidak bisa disentuh oleh siapapun, termasuk oleh negara," kata Tulus.

Sebelumnya dia mengatakan kebijakan terbaru di atas kertas pemerintah terhadap minyak goreng secara umum lebih ramah pasar/konsumen. Diharapkan kebijakan ini bisa menjadi upaya untuk memperbaiki distribusi dan pasokan migor pada masyarakat dengan harga terjangkau.

"Namun dari sisi kebijakan publik, YLKI sangat menyayangkan, terkait bongkar pasang kebijakan migor, kebijakan coba coba. sehingga konsumen, bahkan operator menjadi korbannya," kata Tulus.

YLKI mendesak pemerintah untuk memperketat pengawasan terkait HET migor curah dengan harga Rp 14.000. Jangan sampai kelompok konsumen migor premium mengambil hak konsumen menengah bawah dengan membeli, apalagi memborong migor non premium yang harganya jauh lebih murah. 

"Idealnya subsidi minyak goreng sebaiknya bersifat tertutup, by name by address, sehingga subsidi tepat sasaran. Sedangkan subsidi terbuka seperti sekarang berpotensi salah sasaran. Alasannya migor murah gampang diborong oleh kelompok masyarakat mampu. Akibatnya masyarakat menengah bawah kesulitan mendapatkan migor murah. Pemerintah seharusnya belajar dari subsidi pada gas melon," kata Tulus.

Terpisah, pada rapat kerja dengan Komite II DPD RI, Senin (21/3), menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan menjamin pasokan barang kebutuhan pokok (bapok) cukup, untuk menghadapi puasa dan lebaran. Dengan kecukupan stok diharapkan harga barang kebutuhan pokok tersebut menjadi terjangkau.

Dia mengungkapkan, berdasarkan data pasokan indikatif bapok di pelaku usaha pangan/pasar induk untuk komoditas beras tercatat sebesar 851,41 ton dengan kebutuhan sebesar 80 ribu ton/bulan, sehingga cukup untuk 10 bulan ke depan.

Sementara stok indikatif gula pasir tercatat sebesar 504,81 ribu ton dengan kebutuhan sebesar 260 ribu ton/bulan sehingga pasokan aman untuk dua bulan ke depan.

"Kemendag akan memastikan terjadi kesinambungan gula yang dihasilkan petani Indonesia untuk mendapatkan hak tukar petani yang lebih baik dan pada saat yang bersamaan stok gula aman,” kata Lutfi, Senin (21/3), melalui keterangan yang diterima.

Sedangkan untuk stok indikatif minyak goreng, dia katakan, tercatat sebesar 628,8 ribu ton dengan kebutuhan 422 ribu ton/bulan. Sehingga semestinya cukup untuk 1,5 bulan ke depan.

Lalu untuk tepung terigu, stok indikatif tercatat sebesar 991,26 ribu ton dengan kebutuhan 550 ribu ton/bulan sehingga aman untuk 1,8 bulan ke depan.

Untuk kedelai, stok indikatif tercatat sebesar 280 ribu ton dengan kebutuhan sebesar 200 ribu ton/bulan, cukup untuk 1,4 bulan ke depan. Daging sapi/kerbau stok indikatif tercatat sebesar 35,43 ribu ton dengan kebutuhan sebesar 32,14 ribu ton sehingga cukup hingga 1,1 bulan ke depan.

"Jumlah stok ini akan ditambah pasokan daging kerbau India dalam waktu dekat," kata Lutfi.

Sementara stok indikatif untuk daging ayam ras tercatat sebesar 353,40 ribu ton dengan kebutuhan sebesar 266 ribu ton/bulan sehingga cukup untuk 1,3 bulan ke depan. Sedangkan stok indikatif telur ayam ras sebesar 434,76 ribu ton dengan kebutuhan sebesar 403,96 ribu ton/bulan sehingga cukup untuk 1,1 bulan ke depan.

"Untuk daging ayam ras dan telur ayam pasokannya tidak ada masalah pasokannya cukup. Di pasar harganya cenderung turun,” kata Lutfi.

Bawang putih stok indikatif tercatat sebesar 161,48 ribu ton dengan kebutuhan sebesar 40 ribu ton/bulan sehingga cukup untuk 4 bulan ke depan.

Untuk cabai, pasokan saat ini tercatat sebesar 366,30 ton/hari dengan pasokan normal sebesar 386 ton/hari. Artinya, pasokan masih di bawah normal sebesar 5,10 persen namun akan mulai panen pada akhir Maret ini sehingga pasokan akan semakin baik pada April mendatang.

"Sementara, bawang merah stok indikatif tercatat sebesar 619,15 ton/hari dengan kebutuhan stok sebesar 605,50 ton/hari," kata Lutfi. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya