Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Tekan Impor BBM, PLN Konversi 250 MW Pembangkit Diesel ke Surya 

Insi Nantika Jelita
31/1/2022 21:19
Tekan Impor BBM, PLN Konversi 250 MW Pembangkit Diesel ke Surya 
Panel Surya untuk pembangkit listrik(Antara/Muhamamd ADimaja)

DALAM mendongkrak porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) dan juga menekan angka impor bahan bakar minyak (BBM), PT PLN (Persero) melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit EBT di tahun ini. 

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, program konversi PLTD ke EBT ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, PLN akan mengkonversi sampai dengan 250 Megawatt (MW) PLTD ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 

PLTD ini akan diganti menggunakan PLTS baseload, yang artinya ada tambahan baterai agar pembangkit bisa nyala 24 jam. 

"Saat ini kami sedang melakukan lelang dalam satu dua bulan ini. Saat ini sudah ada 160 peserta yang eligible (layak)," ujar Darmawan dalam rilis resmi, Senin (31/1). 

Dia menjelaskan, dalam lelang ini PLN membebaskan spesifikasi baterai yang akan dipakai oleh peserta dan mengedepankan para peserta bisa meningkatkan inovasi sehingga tercipta baterai yang efisien dan punya keandalan operasi. 

"Jadi teknologi mana yang paling andal dan efisien yang paling bagus. Jadi itu yang menang. Ini membangun inovasi," kata Dirut PLN. 

Dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama ini ditargetkan mencapai sekitar 350 MW. Sehingga, bisa mendongkrak bauran energi terbarukan dan penambahan kapasitas terpasang pembangkit secara nasional. 

Baca juga : Mitratel Raih Penghargaan IPRA 2022

Dalam tahap dua, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 338 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut dan keekonomian yang terbaik. 

Untuk rencana konversi ke pembangkit berbahan bakar gas, PLN juga bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam upaya konversi ini. Beberapa PLTD yang tahun ini juga digarap bersama PGN mengganti PLTD menjadi pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU). Program gasifikasi ini menyasar daerah terpencil. 

"Kita juga bisa memakai opsi untuk menginterkoneksikan kepada sistem transmisi terdekat yang lebih besar sehingga masyarakat tetap bisa menikmati listrik yang andal," ujar Darmawan. 

Darmawan menjelaskan, proyek itu targetnya akan rampung pada 2026 mendatang. Harapannya, sekitar 2.130 titik PLTD yang ada saat ini bisa terkonversi ke pembangkit energi bersih ataupun koneksi ke grid. 

Di satu sisi, Darmawan meyakini biaya produksi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia bakal semakin kompetitif dibandingkan dengan pembangkit fosil. 

Hal ini seiring dengan harga PLTS dan baterai yang dikatakan mengalami penurunan. Pada 2015 harga PLTS dipatok US$25 sen per kilowatthour (kWh). Namun saat ini, harga PLTS mampu ditekan berkisar US$5,8 sen per kWh dan dengan tren saat ini dapat turun dibawah US$4 sen per kWh. 

Sementara, untuk baterai hari ini harganya mencapai US$13 sen per kWh yang dulunya sempat di angka US50 sen per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80%. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya