Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Task Force ESC B20 Bergerak Cepat Sukseskan Kegiatan G20

Mediaindonesia.com
31/1/2022 14:43
Task Force ESC B20 Bergerak Cepat Sukseskan Kegiatan G20
(DOK PERTAMINA)

THE Business 20 (B20) membentuk Task Force Energy, Sustainability, and Climate (ESC) untuk memperkuat peran Indonesia sebagai Presidensi Group of Twenty (G20). Gugus tugas bidang energi ini telah bergerak cepat untuk mewujudkan program yang dapat berkontribusi bagi kesuksesan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022 mendatang. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, langkah yang telah dilakukan Task Force ialah menggelar berbagai kegiatan termasuk menggelar Stakeholder Consultation Task Force Energy, Sustainability, and Climate Business Entities, Associations and Think-Tank, belum lama ini. Diskusi konsultatif ini diselenggarakan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh 24 entitas bisnis dan asosiasi yang bertujuan untuk menggali informasi dan menyerap aspirasi pemangku kepentingan di sektor energi. 

“Ada tiga topik yang diangkat pada kegiatan kali ini, yaitu Accelerate The Transition to Sustainable Energy Use atau Percepatan Transisi untuk Energi Keberlanjutan, Ensure a Just and Orderly Transition atau Memastikan Transisi yang Tepat dan Berkeadilan dan Addressing Energy Poverty atau Penanganan Keterjangkauan Energi,” ungkap Nicke dalam keterangan resmi yang diterima, kemarin.

Nicke, yang juga mengetuai task force ESC mengatakan, B20 terbentuk untuk mendukung seluruh kebijakan yang akan dihasilkan dari G20. Peran B20 menjadi penting karena membahas tentang isu energi yang terjadi saat ini dan menjadi salah satu fokus dari G20.

“Presiden mengatakan ada tiga hal yang akan menjadi fokus G20 maupun B20 ini. Pertama, penanganan kesehatan yang inklusif. Kedua, transformasi berbasis digital. Ketiga, transisi menuju energi berkelanjutan. Jadi task force ini menjadi salah satu task force yang strategis untuk bersama-sama menghasilkan policy recommendation,” ujar Nicke.

Lebih lanjut, Nicke menuturkan, mengenai isu kritikal dalam peningkatan Energi Baru Terbarukan (EBT) adalah teknologi yang diperlukan untuk mengelola Sumber Daya Energi di Indonesia yang melimpah untuk diproses menjadi energi yang ramah lingkungan. Selain itu juga menyangkut pendanaan yang saat ini sudah tersedia green funding dalam rangka pengembangan EBT. Nicke mengatakan, saat ini yang harus dilakukan adalah bagaimana membuat program yang bisa menyeimbangkan hal-hal tersebut, agar target pemerintah untuk net-zero emissions di 2060 tercapai.

“Ini tugas kita bersama untuk merumuskannya. Karena selain inovasi, kolaborasi dengan negara-negara maju yang mereka sendiri mengalokasikan sebagian dana untuk pengembangan renewable energy dan mendorong transisi energi di negara berkembang, ini pun harus kita bahas,” ucap Nicke. 


Tidak hanya penyerapan aspirasi, namun Task force  energy, sustainability, and climate juga melakukan langkah-langkah konkret. Salah satunya adalah penandatanganan kesepakatan empat peluang kemitraan strategis untuk keberlanjutan energi dan dekarbonasasi.

Nota kesepahaman tersebut ditandatangani pada 18 Januari kemarin yang bertepatan dengan agenda Stakeholders Consultation oleh Task force ESC B20. Kerja sama dilakukan Pertamina dengan para mitra terkemuka skala nasional dan internasional untuk melakukan kajian dan penjajakan kerja sama untuk pengembangan upaya-upaya menuju net-zero emissions dari aspek teknologi, energi ramah lingkungan, offset emisi, dan potensi kolaborasi lainnya.

Pada nota kesepahaman pertama, Pertamina dan Jababeka sepakat untuk melakukan kerja sama dalam identifikasi dan evaluasi pengembangan Green Industrial Estate. Termasuk di dalamnya akan mencakup pasokan gas, penyediaan pasokan listrik dari energi baru dan terbarukan, serta riset dan inovasi.

Selanjutnya, Pertamina dengan Inpex Corporation (Inpex) juga berencana menjajaki peluang pengembangan ersama pasokan Clean-LNG dan Clean-Gas dari terminal LNG Bontang. Kerja sama ini dimaksudkan untuk untuk bersama-sama mengembangkan usaha untuk memproduksi LNG yang bersih secara fisik, bebas karbon di Terminal Bontang. Di dalamnya termasuk offset melalui kredit karbon yang dapat diberikan oleh gas/LNG yang bersih secara fisik yang diproduksi di Indonesia. Tidak hanya itu, Pertamina bekerja sama dengan Chiyoda Corporation (Chiyoda) untuk melakukan studi aplikasi teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), dan produksi hidrogen. Upaya dukungan terhadap penurunan emisi melalui pengembangan energi baru goals.

Selain itu, Pertamina sebagai Holding, Sub Holding Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) dan Subholding Commercial & Trading (C&T) juga bekerja sama dengan PT Grab Teknologi Indonesia dan PT Sepeda Untuk Indonesia telah melakukan penjajakan kerja sama dalam hal pengembangan ekosistem Electronic Vehicle (EV). Kerja sama ini dikhususkan untuk bisnis baterai dan sistem penukaran baterai (battery swap) sampai peningkatan desain kendaraan EV.

Menurut Nicke, nota kesepahaman tersebut merupakan bentuk realisasi untuk rekomendasi kebijakan kepada pemerintah. Hal ini juga menunjukkan bagaimana G20 bisa mendorong realisasi dari apa yang telah dicanangkan.

“Oleh karena itu ada 4 kerja sama yang kita tanda tangani, ini semua adalah mendukung program pemerintah untuk mencapai net-zero emissions di 2060 dan yang medium term-nya adalah menurunkan karbon emisi di 2030 itu antara 29%-41%,” ujar Nicke. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya