Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PT Usaha Pembiayaan Reliance Indonesia (Reliance Finance atau REFI) mengadakan public expose dalam rangka penawaran umum perdana Obligasi 1 pada 2021 dengan jumlah pokok sebesar Rp400 miliar. Obligasi yang ditawarkan pada 6 sampai 7 Januari 2022.
Obligasi tersebut terdiri dari tiga seri yang masing-masing ditawarkan sebesar 100% dari jumlah pokok obligasi yang diterbitkan tanpa warkat. Obligasi Seri A sebesar Rp100 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 8% per tahun. Jangka waktu 370 hari kalender terhitung sejak tanggal emisi.
Obligasi Seri B sebesar Rp100 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 9% per tahun. Jangka waktu 36 bulan terhitung sejak tanggal emisi. Obligasi Seri C sebesar Rp200 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 9,5% per tahun. Jangka waktu 60 bulan terhitung sejak tanggal emisi.
Pembayaran obligasi dilakukan secara penuh (bullet payment) pada saat jatuh tempo. Bertindak selaku Penjamin Pelaksana Emisi pada penawaran umum perdana Obligasi ini yaitu PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. Selaku wali amanat ialah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB).
Direktur Utama PT Usaha Pembiayaan Reliance Indonesia Iman Pribadi menjelaskan bahwa sesuai POJK No. 7/2017 dan POJK No.49/2020, REFI telah melakukan pemeringkatan yang dilaksanakan oleh PT Kredit Rating Indonesia. "Berdasarkan hasil pemeringkatan atas efek utang jangka panjang, obligasi yang akan kami terbitkan telah mendapat peringkat: irBBB (Triple B)," ujar Iman.
Obligasi ini sangat menarik bagi investor karena secara kinerja dan prospek usaha REFI ke depan sangat meyakinkan dengan ditopang produk-produk yang menjadi unggulan. Jumlah pendapatan REFI mengalami peningkatan sebesar 17,79% menjadi Rp39,9 miliar untuk periode yang berakhir pada 31 Juli 2021 dari sebelumnya Rp33,9 miliar pada periode yang sama pada 2020.
Peningkatan itu terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan margin bagi hasil pembiayaan syariah pada segmen pembiayaan multiguna yang meningkat dari Rp4,1 miliar pada posisi 31 Juli 2020 menjadi Rp13,9 miliar atau naik sebesar 235,41%. Segmen pembiayaan multiguna, lanjut Iman, menyumbang hampir Rp2 miliar atau 14,11% untuk saldo pendapatan bagi hasil pembiayaan syariah.
Baca juga: Pajak Sawit Rp20 Triliun Setahun Serap 16,2 Juta Pekerja
Selain itu, Iman menambahkan bahwa rencana penggunaan hasil penawaran umum perdana obligasi tersebut untuk melunasi Pokok Medium Term Notes MTN IV B Tahun 2019 sebesar Rp200 miliar yang diterbitkan pada 27 Februari 2019, pembiayaan KPR, modal kerja/konstruksi, UMKM, dan multiguna setinggi-tingginya Rp200 miliar. Sisanya, jika ada, akan digunakan untuk meningkatkan portofolio pembiayaan. (RO/OL-14)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved