Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Pergerakan harga minyak perlahan naik sejak penurunan sebesar -26,74% dari harga tertingginya pada 25 Oktober 2021. Dalam pekan ini harga minyak mengalami apresiasi sebesar +4,79% dari US$ 70,35 per barel menjadi US$ 73,72 per barel.
Penurunan persediaan minyak mentah di Amerika dinilai memberikan tekanan pada kekhawatiran terkait over supply. Produksi minyak saat ini meningkat seiring dengan naiknya permintaan.
"Pergerakan dari harga minyak saat ini diselimuti oleh ketidakpastian terkait pemulihan ekonomi dimana penyebaran varian Omicron dan juga naiknya inflasi yang lebih cepat turut memberikan tekanan pada laju harga minyak," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (27/12).
Beberapa indikator terkait melemahnya konsumsi di Asia dan struktur pasar minyak mentah yang melemah cukup signifikan menunjukkan adanya potensi kelebihan pasokan dalam jangka waktu dekat.
Sementara itu, persediaan gasolin naik 3,7 juta barel pada pekan lalu dan penyimpanan minyak mentah utama di Cushing, Amerika naik 1,27 juta barel. Adapun pasokan sulingan menurun.
Krisis energi Eropa semakin dalam saat omicron menyebar ke seluruh kawasan, membuat prospek ekonomi semakin suram. Krisis diesel di Eropa menambah dengan kesulitan mengakses penyulingan Pantai Teluk Amerika yang memprioritaskan permintaan domestik dan pembeli di Amerika Latin.
Krisis dari energi tentu menjadi perhatian dari pelaku pasar dimana Indonesia sendiri bagian dari negara importir yang tentunya dapat terkena dampak dari kenaikan harga minyak tersebut.
Tren harga minyak yang terus meningkat tentunya akan memiliki dampak terhadap anggaran negara yang mengingat, dan masih besarnya eksposur baik dari sisi pendapatan Pajak Penghasilan dan Penerima Negara Bukan Pajak, serta Belanja pemerintah baik subsidi ataupun kompensasi.
Mengacu pada Nota Keuangan tahun 2022, sebenarnya kita mendapatkan dampak positif dari meningkatnya harga minyak dunia yakni potensi meningkatnya surplus anggaran seiring dengan naiknya pendapatan yang berasal dari sektor migas.
Menurut analisis sensitivitas dalam APBN 2022, setiap kenaikan Indonesia Crude Price (ICP) sebesar US$1 per barel berpotensi akan meningkatkan surplus anggaran sebesar Rp 0,4 triliun.
Akan tetapi, risiko anggaran akan tetap ada, mengingat kebijakan harga BBM maupun listrik yang dipertahankan tetap hingga saat ini. Dengan demikian, harga BBM yang dikontrol ketat oleh pemerintah sedangkan harga minyak terus merangkak naik berpotensi menekan kinerja keuangan Pertamina dan PLN yang merupakan BUMN atau quasi government.
"Kami memperkirakan hingga semester I 2022, harga minyak dunia masih berpotensi tetap tinggi sejalan dengan naiknya permintaan karena perbaikan ekonomi global," kata Nico.
Selain itu, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) masih belum merencanakan peningkatan produksi yang lebih cepat juga mengakibatkan harga dalam jangka pendek masih bertahan di level USD 80 per barel. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved