Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Penjualan Ritel AS Naik Mengejutkan 0,7% di September

Mediaindonesia.com
15/10/2021 21:36
Penjualan Ritel AS Naik Mengejutkan 0,7% di September
Seorang pekerja pengiriman berjalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di New York City.(AFP/Spencer Platt.)

KONSUMEN Amerika Serikat meningkatkan pengeluaran pada September. Penjualan ritel mencatat kenaikan mengejutkan mencapai 0,7%. Kenaikan tersebut melampaui bensin dan mobil.

Kenaikan, yang mengirim total penjualan bulanan menjadi US$625,4 miliar, menentang ekspektasi ekonom untuk sedikit penurunan untuk bulan kedua berturut-turut. Departemen Perdagangan AS, Jumat (15/10), juga merevisi kenaikan Agustus lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya menjadi 0,9 persen.

Permintaan barang telah melonjak karena vaksinasi yang meluas sehingga memungkinkan bisnis untuk dibuka kembali dari penutupan covid-19. Total penjualan melonjak 13,9% dibandingkan dengan September 2020. Namun kemacetan pasokan telah menyebabkan kenaikan harga dan kekurangan, terutama untuk semikonduktor yang membatasi produksi mobil.

Harga minyak telah melonjak di atas US$80 per barel dalam beberapa pekan terakhir. Penjualan di pompa bensin pun melonjak 1,8% dibandingkan Agustus dan 38,2% lebih tinggi dari tahun lalu.

Penjualan mobil naik 0,6% dalam sebulan, rebound dari penurunan mengejutkan pada Agustus, dan naik 7,5% dibandingkan bulan yang sama pada 2020. Meski tidak termasuk mobil dan gas, penjualan ritel masih naik 0,7% pada bulan tersebut, di tengah kenaikan yang solid untuk pakaian, makanan dan minuman, barang olahraga, serta pengecer online.

Baca juga: Perdana, Klaim Pengangguran AS di Bawah 300.000 sejak Pandemi

"Rumah tangga AS tetap kokoh dan merupakan dasar dari ekspansi ekonomi Amerika," kata ekonom Joseph Brusuelas dari RSM di Twitter. "Penawaran, bukan permintaan, adalah masalah utama manufaktur saat ini," kata Oren Klachkin dari Oxford Economics. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik