Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Neraca Dagang Kembali Surplus, Tunjukan Penguatan Fundamental Pemulihan Ekonomi 

Mediaindonesia.com
19/8/2021 13:53
Neraca Dagang Kembali Surplus, Tunjukan Penguatan Fundamental Pemulihan Ekonomi 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan neraca perdagangan kembali surplus berkat pemulihan ekonomi yang menunjukan penguatan fundamental. 

"Melesatnya pertumbuhan ekspor dan impor menunjukkan penguatan fundamental pemulihan ekonomi akibat membaiknya permintaan ekonomi global dan domestik," kata Airlangga dalam keterangannya, Kamis (19/7). 

"Selain itu, harga komoditas utama yang kembali menguat khususnya batu bara (tumbuh 194,74% yoy), CPO (tumbuh 52,33% yoy), dan timah (tumbuh 94,74%) turut mendorong performa ekspor Indonesia,” jelas Airlangga. 

Airlangga menjelaskan neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor tumbuh tinggi secara year to year (yoy) pada Juli 2021. Ekspor tumbuh double digit sebesar 29,32% yoy, begitu juga dengan impor yang tumbuh sebesar 44,44% yoy. 

"Peningkatan terbesar ekspor Indonesia pada Juli 2021 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang meningkat sebesar USD 614,0 juta. Peningkatan ini terutama berasal dari India yang aktivitas ekonominya mulai kembali pulih pasca melandainya penyebaran varian delta," paparnya.

"India sekaligus menjadi negara tujuan ekspor yang mengalami peningkatan tertinggi dengan nilai sebesar USD 272,7 juta, diikuti Pakistan dengan nilai sebesar USD 91,6 juta, dan Taiwan sebesar USD 88,6 juta," jelas Menko Perekonomian. 

"Peningkatan terbesar impor pada Juli 2021 terjadi pada produk farmasi (HS 30) senilai USD 185,9 juta yang didominasi oleh impor vaksin yang mencapai USD 150 juta. Negara asal impor nonmigas yang peningkatannya paling besar yaitu India (USD 111,8 juta), Argentina (USD 20,0 juta), dan Spanyol (USD 15,4 juta)," tambahnya. 

Performa ekspor dan impor yang impresif juga sejalan dengan Neraca Perdagangan Indonesia yang kembali mengalami surplus sebesar USD 2,59 miliar pada Juli 2021. 

"Ini menjadi surplus Indonesia secara 15 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020. Surplus tersebut khususnya dialami Indonesia dengan beberapa mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat (USD 1,27  miliar), Filipina (USD 0,53 miliar) dan Malaysia (USD 0,40 miliar)," katanya.

"Sementara itu, Indonesia masih mengalami defisit dengan China (USD 0,84 miliar), Australia (USD 0,45 miliar), dan Thailand (USD 0,27 miliar)," ungkap Airlangga. 

Airlangga menyebutkan performa perdagangan internasional Indonesia yang tetap kokoh tersebut akan menjadi penopang ketahanan sektor eksternal Indonesia sekaligus menjadi engine pertumbuhan ekonomi ke depan. 

"Pemerintah akan terus menciptakan ekosistem yang kondusif guna mempertahankan performa ekspor dan impor melalui insentif-insentif bagi dunia usaha dan melalui penanganan Covid-19 yang efektif dan terukur," sebutnya. 

Mantan Menteri Perindustrian ini menegaskan untuk terus meningkatkan performa pada ekspor dan impor, Indonesia akan terus melakukan optimalisasi pada setiap perjanjian kerja sama internasional yang telah diberlakukan.

Salah satu perjanjian billateral dengan prospek manfaat yang besar bagi pelaku usaha adalah Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang telah berlaku setahun yang lalu atau tepatnya 5 Juli 2020.

Perjanjian ini mencakup komitmen yang komprehensif meliputi perdagangan barang dan jasa, serta investasi. 

“Dengan IA-CEPA, Australia mengeliminasi 100 persen tarif bea masuk pada seluruh komoditas yang berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, pelaku usaha diharapkan mampu memanfaatkan semaksimal mungkin peluang tersebut untuk memacu performa ekspornya ke Australia” ujar Airlangga.

Airlangga menambahkan hingga Semester I-2021, ekspor Indonesia ke Australia mencapai USD 1,61 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 41,87% pada periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai USD 1,14 miliar.

Pertumbuhan tersebut cukup signifikan namun masih dapat ditingkatkan, mengingat adanya potensi yang besar dari kedua negara. 

“Pemberlakuan IA-CEPA juga diharapkan mampu mendorong pembentukan economic powerhouse bagi kedua negara sehingga ekspor dapat ditingkatkan melalui ekspansi pasar ke berbagai negara. Bagi Indonesia, sinergi dari seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh manfaat atas skema perjanjian kerja sama tersebut," pungkasnya. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya