Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

PT Polytama Propindo Luncurkan Penawaran Umum Obligasi II dan Sukuk II Tahun 2021

Mediaindonesia.com
16/8/2021 20:50
PT Polytama Propindo Luncurkan Penawaran Umum Obligasi II dan Sukuk II Tahun 2021
(DOK )

INDUSTRI petrokimia merupakan industri hulu yang berperan penting dan strategis dalam memacu pertumbuhan  dan perkembangan ekonomi negara. Pemerintah pun memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan industri petrokimia di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan beberapa regulasi terhadap industri polypropylene.

Saat ini, kebutuhan produk polypropylene masih tergantung kepada pasokan impor yang mencapai 50%. Sedangkan pasokan dalam negeri dipasok oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sebesar 33%, PT Polytama Propindo sebanyak 14%, dan sisanya sebanyak 3% dipasok oleh Pertamina Plaju.

Pemerintah melalui PP no 66 Tahun 2019 melakukan penyertaan modal kepada PT Tuban Petrochemical Industries (TPI), melalui Pertamina. Sehingga TPI menjadi entitas anak PT Pertamina (Persero). TPI merupakan pemegang saham mayoritas di PT Polytama Propindo sebanyak 80%, sedangkan sisanya dimiliki Pasio Investments BV.

PT Polytama Propindo adalah perusahaan yang berfokus kepada kegiatan usaha produksi polypropylene resin (PPResin), baik dalam bentuk pellet maupun granule. Sedangkan untuk produk granule, perseroan merupakan satu-satunya di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Sebagai perusahaan polypropylene terbesar kedua di Indonesia, PT Polytama Propindo ke depannya akan meningkatkan kapasitas usahanya sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan kepada pasokan impor. Dalam kegiatannya kali ini, Perseroan akan menerbitkan instrumen pasar modal dalam bentuk Obligasi II PT Polytama Propindo Tahun 2021 sebanyak-banyaknya Rp400.000.000.000,- (empat ratus miliar Rupiah) dan Sukuk Ijarah II PT Polytama Propindo Tahun 2021 sebanyak-banyaknya Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar Rupiah). Kedua instrumen tersebut akan digunakan untuk modal kerja, proyek granule dan pengadaan tangki propylene.

Obligasi II dan Sukuk Ijarah II masing-masing akan diterbitkan dalam Seri A dengan tenor 3 tahun dan seri B, dengan tenor 5 tahun. Obligasi dan Sukuk Ijarah masing-masing akan jatuh tempo pada 8 September 2024 untuk Seri A dan 8 September 2026 untuk Seri B.

Credit Guarantee & Investmen Facility, a trust fund of Asian Development Bank (CGIF) akan bertindak sebagai penanggung (guarantor) penuh atas seluruh bunga obligasi dan pokok obligasi, serta cicilan imbalan ijarah dan sisa imbalan ijarah yang wajib dibayar. CGIF adalah lembaga dana perwalian (Trust Fund) dari Asian Development Bank dan dimiliki bersama oleh negara-negara ASEAN, Jepang, Republik Rakyat Cina dan Korea Selatan. CGIF memiliki fungsi utama sebagai pemberi jaminan kredit untuk penerbitan obligasi bermata uang lokal oleh emiten-emiten di wilayah ASEAN+3, termasuk Indonesia.

PT Pemeringkat Indonesia (Pefindo) telah memberikan peringkat idAAA (cg) untuk Obligasi II PT Polytama Propindo Tahun 2021 dan idAAAsy (cg) untuk Sukuk Ijarah II PT Polytama Propindo Tahun 2021 tersebut.

Dalam penerbitan obligasi tersebut, PT Polytama Propindo menunjuk PT Indo Premier dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi dan Bank Mandiri sebagai wali amanat.

Kinerja Keuangan
PT Polytama Propindo adalah perusahaan dengan kinerja operasional dan keuangan yang terus bertumbuh. Perusahaan yang berdiri pada 1993 dan memulai komersialnya pada 1995 tersebut, dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan kinerja positif. Bahkan di tengah pandemi, Perseroan yang mengusung merek dagang Masplene itu pada 2020 membukukan pertumbuhan volume penjualan sebesar 10,1% (yoy) dan EBITDA sebesar US$19 juta.  Perseroan juga mencatat pertumbuhan volume penjualan pada tahun 2019 dan 2018 masing-masing 9,6% dan 14,1%.

Dari sisi aset juga menunjukkan pertumbuhan. Pada 2020 jumlah aset mencapai US$197,27 juta, naik dari 2019 sebesar US$ 177,82 juta. Sedangkan posisi per 31 Maret 2021 posisi aset mencapai US$198,68 juta. Jumlah liabilitas pada 2020 mencapai US$145,522 juta, naik dari US$141,212 juta dan posisi per 31 Maret 2021 sebesar US$136,435 juta. Sedangkan jumlah ekuitas pada tahun 2020 mencapai US$51,748 juta, naik dari tahun 2019 sebesar US$36,607 juta, dan posisi 31 Maret 2021 sebesar US$62,248 juta.

Pada kinerja operasional, Perseroan pada tahun 2020 membukukan penjualan US$240,132 juta, turun sedikit dibandingkan tahun 2019 sebesar US$242,701 juta. Sedangkan penjualan per 31 Maret 2021 tercatat US$87,071 juta , naik dari US$53,231 juta yang dicatat pada 31 Maret 2021 sebesar US$53,231 juta.

Sementara itu laba berjalan yang dicatat pada 31 Maret 2020 mencapai US$10,499 juta naik dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar US$8,913 juta.

Pertimbangan investasi
Selain memiliki jajaran manajemen dengan pengalaman yang panjang dan teruji dalam industri petrokimia, PT Polytama Propindo juga memiliki sejumlah keunggulan antara lain:
1. Dengan rating Triple A dan jaminan penanggungan penuh dari CGIF yang mencakup pembayaran bunga dan pokok obligasi serta cicilan imbalan ijarah dan sisa imbalan ijarah untuk melindungi pemegang Obligasi II dan Sukuk II Polytama Propindo.
2. Polytama Propindo adalah perusahaan yang beroperasi di industri petrokimia yaitu industri hulu yang berperan vital dan strategis bagi pertumbuhan perekonomian nasional Indonesia.
3. Polytama adalah bagian terintegrasi dari Pertamina Group, perusahaan terintegrasi terbesar di Indonesia.
4.Dukungan yang kuat dari pemegang saham dan terjaminnya pasokan bahan baku, telah memastikan adanya ketersediaan produk diiringi dengan kecepatan dalam pengiriman produk.
5. Polytama mampu bertahan di tengah pandemi covid-19 yang ditunjukkan dengan kinerja operasional dan kinerja keuangan yang  terus bertumbuh.

Prospek Usaha
Dalam upaya melakukan substitusi impor, Pemerintah memiliki komitmen yang tinggi yang ditunjukkan dengan diterbitkananya Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2019 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Indonesia ke dalam modal saham PT Tuban Petrochemical Industries (TPI), melaui Pertamina. Sehingga TPI adalah entitas anak PT Pertamina.  Sementara itu Perseroan adalah entitas anak TPI dan secara tidak langsung PT Polytama Propindo juga entitas anak Pertamina.

Dengan keterkaitan tersebut, akan terjadi sinergi dari berbagai sisi  seperti efisiensi operasi dan rantai nilai antara Pertamina, TPI dan Perseroan. Kebijakan tersebut akan memantapkan posisi Perseroan untuk menjadi pendukung hilirisasi  perusahaan induk yaitu PT Pertamina (Persero) pada industri petrokimia.
Produk perseroan yaitu polypropylene adalah produk petrokimia yang ramah lingkungan sehingga permintaan terus meningkat. Pada tahun 2019 kebutuhan polypropylene di Indonesia 1,78 juta ton dan diperkirakan tumbuh 5%. Namun karena pandemi covid-19, maka pada tahun 2020 mengalami pertumbuhan minus 11%.

Produk akhir polypropylene merupakan salah satu produk penopang kehidupan manusia, terutama pada kebutuhan kemasan makanan dan minuman. Prospek industri polypropylene masih sangat cerah dan masih dalam kategori sunrise product. Sebab polypropylene memiliki beragam jenis aplikasi produk, memiliki peluang terciptanya inovasi produk baru dan saat ini banyak berperan sebagai pengganti bahan baku produk plastik lainnya.

Dengan kekuatan dan kemampuan Perseroan dalam menghasilkan produk yang unggul dan berkualitas, diiringi dengan inovasi produk dan strategi pemasaran yang tepat, PT Polytama Propindo optimistis akan dapat meraih pasar yang lebih baik lagi.

Sekilas Credit Guarantee & Investment Facility
Credit Guarantee & Investment Facility, A Trust Fund of Asian Development Bank (“CGIF”) didirikan pada November 2010 sebagai bagian dari program the Asian Bond Markets Initiative (ABMI) dengan tujuan mendukung perkembangan ekonomi dan menjaga stabilitas pasar keuangan di kawasan ASEAN+3.

Fungsi utama CGIF adalah menyediakan jaminan dan penanggungan kredit untuk penerbitan surat utang korporasi yang berdenominasi dalam mata uang lokal di wilayah ASEAN+3, termasuk Indonesia. CGIF memiliki modal disetor sebesar US$1.129.000.000 yang berasal dari dana milik pemerintah (sovereign) negara ASEAN+3 dan ADB selaku pihak Kontributor, termasuk Republik Indonesia. Per akhir Agustus 2020, CGIF telah menjamin lebih dari 40 penerbitan surat utang dan mendukung lebih dari 30 emiten. CGIF berkantor pusat di Manila, Filipina. Per Juli 2021, CGIF meraih peringkat idAAA dari Pefindo dalam skala nasional dan AA oleh Standard & Poor’s dalam skala global. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya