Tidak Mencapai 7%, Ini Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II

M ilham Ramadhan
29/7/2021 07:45
Tidak Mencapai 7%, Ini Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II
Suasana jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemberlakuan PPKM akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.(MI/Andri Widiyanto)

KEPALA Kepala Departemen Ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, penurunan aktivitas manusia akan berdampak pada kinerja dan pertumbuhan ekonomi. 

Karenanya, dia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 4% hingga 5% pada triwulan II 2021.

Angka pertumbuhan itu berada di bawah prediksi pemerintah yang optimis ekonomi akan tumbuh di kisaran 7% hingga 8% di triwulan II 2021. "Saya rasa target pemerintah tidak akan tercapai. Jadi saya memperkirakan bahwa dibanding tahun lalu (triwulan II 2020) hanya ada pertumbuhan 4%-5%," kata Yose kepada Media Indonesia, Rabu (28/7).

Dia bilang, indikasi penurunan ekonomi telah terlihat sejak Juni 2021 kala penyebaran virus covid-19 mengalami peningkatan. Masyarakat, kaya Yose, mulai mengurangi mobilitasnya. Hal itu akan berdampak pada realisasi pertumbuhan triwulan II 2021.

Padahal pemulihan ekonomi Indonesia sebelumnya sudah berada di jalur yang tepat. Bahkan, untuk mencapai pertumbuhan 7% hingga 8% di triwulan II Indonesia hanya membutuhkan ekonomi tumbuh 3,5% dari triwulan I 2021. Sebab, pada triwulan II 2020, ekonomi Indonesia tumbuh cukup rendah, yakni -5,32%.

"Padahal untuk mencapai itu, ekonomi hanya butuh tumbuh 3,5% dari triwulan I. Sebetulnya kita sudah di track itu, tapi karena pada Juni anjlok jadi kemungkinan sulit," terang Yose.

Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan berikutnya amat ditentukan dari penanganan pandemi dan berapa lama pembatasan mobilitas masyarakat berlaku. Bila situasi saat ini terjadi berkepanjangan, kata Yose, tentu berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Bahkan, target pertumbuhan di kisaran 5% pada 2021 akan terlampau tinggi untuk dikejar bila tak ada perubahan situasi.

Lebih lanjut, pemulihan ekonomi Indonesia juga akan terpengaruh dari dinamika global. Apalagi saat ini banyak yang memprediksi negara maju akan pulih lebih cepat dan tumbuh lebih tinggi dari negara-negara berkembang.

Pulihnya ekonomi negara maju, akan berimbas pada sektor keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. "Banyak yang mengkhawatirkan stimulus negara maju akan disetop dan membuat bank sentral mereka menaikan suku bunga acuan. Ini akan membuat ekonomi mereka menarik dan berpotensi terjadi capital outflow di negara berkembang dan itu bisa menyebabkan krisis keuangan," kata Yose.

Namun Indonesia juga memiliki kesempatan untuk menekan potensi krisis keuangan melalui perdagangan. Sebab, kinerja perdagangan nasional dalam satu tahun terakhir menunjukkan surplus, menunjukkan kinerja apik dari sisi ekspor.

Hal itu mesti dimanfaatkan Indonesia seiring terjadinya peningkatan harga-harga komoditas andalan.

"Kita bisa lihat harga-harga komoditas meningkat dan itu menjadi kesempatan. Tapi memang lebih bagus lagi kalau pemulihan ekonomi di domestik sudah berjalan, jadi potensi krisis keuangan bisa sedikit tertolong," pungkas Yose. (Mir/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya