Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

BPS Catat Terjadi Deflasi 0,16% pada Juni 2021

M. Ilham Ramadhan Avisena
01/7/2021 13:37
BPS Catat Terjadi Deflasi 0,16% pada Juni 2021
Margo Yuwono telah resmi dilantik sebagai Kepala Badan Pusat Statistik (BPS).(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto )

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatatkan adanya deflasi pada Juni 2021 sebesar 0,16%. Deflasi itu merupakan yang pertama terjadi selama 2021. Dari angka tersebut, maka inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,74% dan inflasi tahunan sebesar 1,33%.

Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, angka deflasi itu didapat berdasarkan hasil pemantauan di 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Tercatat 56 kota IHK mengalami deflasi, sedangkan 34 kota lainnya mengalami inflasi.

Baca jugaPengembangan UMKM dan IKM Jadi Salah Satu Strategi Tingkatkan Ekspor

“Dari 56 kota yang mengalami deflasi, Kupang mengalami deflasi tertinggi sebesar 0,89%. Ini terjadi karena adanya penurunan harga beberapa komoditas seperti kangkung, penurunan tarif angkutan udara dan penurunan harga tomat,” ujar Margo saat menyampaikan rilis secara virtual, Kamis (1/7).

Sedangkan dari 34 kota IHK yang mengalami inflasi, sambung dia, Kota Singkawang menjadi wilayah yang mengalami inflasi tertinggi, yakni 1,36%. Inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga daging babi, tahu mentah dan kenaikan harga daging ayam ras.

Margo menambahkan, tingkat inflasi pada Juni 2021 mengalami penurunan karena pada Mei 2021 tercatat terjadi inflasi sebesar 0,32%. Demikian halnya inflasi tahunan yang tercatat 1,33% pada Juni 2021, lebih rendah dari Juni 2020 yang sebesar 1,96%.

Penyumbang deflasi terbesar pada Juni 2021 ialah deflasi yang terjadi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau. Tercatat kelompok pengeluaran itu mengalami deflasi sebesar 0,71% dan memberikan andil pada deflasi sebesar 0,18%. Deflasi terjadi lantaran terjadi penurunan harga beberapa komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah.

Kelompok kedua penyumbang deflasi terbesar pada Juni 2021 ialah transportasi yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,35% dan memberi andil 0,04% pada tingkat deflasi. Hal itu terjadi karena adanya penurunan tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, dan tarif angkutan kereta api.

“Ini terjadi karena sebelumnya ada momen idulfitri, di mana pada Juni kembali ke posisi normal,” terang Margo.

Sedangkan bila dilihat berdasarkan komponennya, imbuh Margo, terdapat dua komponen yang memberikan andil kepada tingkat deflasi Juni 2021, yakni komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan komponen harga bergejolak (volatile price), masing-masing mencatatkan deflasi 0,21% dan 1,23% dengan andil 0,04% dan 0,21%.

Komponen yang menggambarkan daya beli masyarakat, yakni inflasi inti, tercatat masih tumbuh positif. Inflasi inti mengalami inflasi sebesar 0,14% dan memberikan andil kepada deflasi -0,09%.

Lalu inflasi menurut komponen, sebab deflasi Juni 2021 ini lebih utama karena disebabkan adanya komponen bergejolak, deflasi 1,23% dan andilnya 0,21%. Lalu komponen harga diatur pemerintah deflasi 0,21% andilnya 0,04%, dan komponen inti masih terjadi inflasi 0,14% dan andilnya 0,09%.

Dengan data itu, kata Margo, terlihat terjadinya deflasi pada Juni bukan karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Deflasi menurutnya lebih disebabkan faktor musiman seperti pascaRamadan dan Idulfitri. “Deflasi terjadi lebih karena pascaRamadan dan Idulfitri. Inflasi inti masih tumbuh positif 0,09% dan secara tahunan masih meningkat. Jadi inflasi inti masih terjaga,” pungkas Margo. (OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik