Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, bisnis energi baru terbarukan (EBT) dianggap kurang menarik oleh banyak investor karena dinilai memiliki risiko yang tinggi.
Hal ini disampaikannya saat webinar "Indonesia-Norway Investment Opportunities in Hydro and Solar Energy in Indonesia" yang diselenggarakan oleh KBRI Oslo, Selasa (8/6).
Baca juga: Menkop UKM Dorong Bali Maksimalkan Kokoa Jadi Komoditas Unggulan
"Bisnis energi baru terbarukan dianggap masih kurang menarik dan juga berisiko tinggi. Pada akhirnya, bank dan lembaga keuangan tidak tertarik melakukan pendanaan untuk jangka panjang," jelas Arifin.
Dia menuturkan, dalam transformasi energi membutuhkan pendanaan yang besar, peningkatan infrastruktur, kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan teknologi pendukung.
"Untuk membangun pembangkit energi terbarukan jugavdiperlukan investasi tambahan yang besar, sedangkan kemampuan sistem jaringan pembangkit tenaga baru kita masih terbatas," ucap Menteri ESDM.
Pemerintah diketahui menargetkan investasi di sektor EBT pada tahun ini sebesar US$ 2,05 miliar atau sekitar Rp29 triliun, meningkat dari capaian investasi pada 2020 yang sebesar US$1,36 miliar.
Arifin pun mengajak investor seperti dari Norwegia untuk menanamkan modalnya di Tanah Air. Pemerintah, ucapnya memiliki strategi seperti pengembangan transmisi dan jaringan listrik untuk kendaraan listrik. Pada 2030 pun ditarget ada dua juta mobil listrik dan 1,3 juta motor listrik.
"Kami mengundang mitra nasional maupun internasional untuk menjalin kemitraan strategis dalam energi baru terbarukan. Kerja sama dengan perusahaan Norwegia juga kami harapkan," pungkas Arifin.
Dalam paparanya, Arifin juga menjabarkan, pemerintah berhasil menurunkan emisi Co2 sektor energi mencapai 64,4 juta ton atau 111 persen dari target sebesar 58 juta ton di 2020. Capain tersebut dikontribusi dari energi baru dan terbarukan, lalu dari efisiensi energi dan bahan bakar rendah karbon. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved