Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
UNTUK menarik konsumen membeli suatu barang, berbagai strategi pemasaran dilakukan produsen.
Salah satunya ialah melalui pre-order atau dalam bahasa Indonesia disebut pesan di awal.
Pesan di awal merupakan sistem pembelian barang yang belum dirilis dengan cara memesan terlebih dahulu dengan tenggang waktu tunggu.
Di Indonesia, sistem pembelian pre-order umumnya dilakukan produsen produk telekomunikasi.
Sistem pembelian itu ternyata cukup efektif menjaring konsumen.
Terbukti setiap kali ada pre-order gawai terbaru, peminatnya cukup tinggi.
Hal itu pula yang dilakukan Roni, 36, saat memutuskan membeli gawai Blackberry Z3 lewat salah satu situs belanja daring.
Pertimbangannya, keuntungan yang diberikan ketika membeli dengan mekanisme pre-order, antara lain cashback, voucer belanja, dan paket perdana kuota internet 10 GB secara gratis.
"Saya dapat cash back Rp200 ribu sehingga saya hanya bayar Rp2 juta dari harga normal produk sebesar Rp2,2 juta. Belum lagi saya dapat voucer belanja Rp300 ribu dan paket perdana kuota internet 10 GB. Itu semua potential gain," ujar karyawan swasta itu ketika ditemui Media Indonesia, Selasa (29/3).
Keuntungan lainnya, ia mendapatkan ponsel pintar itu melalui jasa pengiriman dan tidak perlu antre seperti rekan-rekannya yang membeli barang tersebut di toko.
Pembelian pre-order juga cukup menggiurkan karena memberikan penawaran kredit dengan bunga cicilan 0% selama satu tahun.
Tawaran itu berlaku juga bagi konsumen yang membeli di toko ataupun di gerai telekomunikasi yang bermitra dengan lembaga keuangan.
Konsumen lainnya seperti Novita Intan Sari, 29, pun tergoda memanfaatkan sistem pre-order saat membeli gawai seharga Rp700 ribu.
Harga itu memang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan membeli saat produk itu dirilis yang dibandrol dengan harga Rp1 juta.
"Saya sangat puas dengan sistem pre-order. Makanya pengalaman ini saya share kepada teman-teman saya yang mau berbelanja," tutur Novita.
Pada bagian lain, Marketing Director IT dan Mobile Samsung Electronics Indonesia Vebbyna Kaunang mengakui bahwa sistem pre-order merupakan salah satu cara Samsung memenuhi keinginan konsumen yang selalu ingin menjadi yang pertama untuk mendapatkan experience produk terbaru mereka.
Sistem itu diaplikasikan sesuai kebutuhan market dan skema negara masing-masing.
Skema pre-order mendapat respons positif dari konsumen premium.
Hasilnya, pemesanan Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge mencapai tiga kali lipat jika dibandingkan dengan pre-order seri sebelumnya, yaitu Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge.
"Pre-order yang kami lakukan pada produk premium selalu meningkat animonya dari tahun ke tahun," ungkapnya.
Sebelumnya, Samsung juga melakukan pre-order pada produk flagship, seperti seri Galaxy S dan Galaxy Note.
Selain wearable device Gear S2 beberapa waktu lalu.
Kesempatan bagi calon konsumen untuk memesan biasanya antara tiga minggu hingga satu bulan sebelum produk itu dirilis.
Namun, jangka waktu ini dapat saja berubah menyesuaikan kebutuhan.
Ia menambahkan, skema pre-order menguntungkan konsumen karena mendapat potongan harga dari harga normal produk yang dijual di pasaran.
Dalam pre-order, Samsung membatasi stok yang bisa dipesan konsumen.
Strategi itu untuk memberikan eksklusivitas bagi konsumen yang memesan.
Negara berkembang
Secara terpisah, perencana keuangan Agung Nugroho menuturkan produsen sebenarnya memanfaatkan masyarakat negara berkembang yang lebih mengutamakan gaya hidup ketimbang kebutuhan mendesak.
"Pre-order itu memainkan emosi," ujar Agung.
Meski margin keuntungan yang diperoleh produsen tersebut lebih kecil, sistem tersebut tetap menguntungkan mereka.
"Sistem ini menguntungkan produsen karena produk yang belum dipasarkan sudah terjual," tandasnya.
Sebaliknya, lanjut Agung, konsumen juga diuntungkan dengan iming-iming harga barang yang ditawarkan lebih murah.
Namun, untuk produk telekomunikasi, sistem itu sebenarnya belum memberikan manfaat bagi konsumen bila dibandingkan dengan membeli produk lain semisal properti.
"Karena itu, sebaiknya calon konsumen teliti untuk membeli dengan skema tersebut," pintanya. (S-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved