Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
MENCERMATI kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah periode 4-7 Januari 2021. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi.
Bank Indonesia mencatat perkembangan nilai tukar rupiah pada Kamis, (7/1) ditutup pada level Rp13.890 per dolar AS.
"Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun tercatat naik ke level 5,98%. Indeks dolar DXY melemah ke level 89,83. Sedangkan Yield UST (US Treasury) tenor 10 tahun naik ke level 1,08%," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, melalui rilis yang diterima, Sabtu (9/1).
Pada pagi hari Jumat (8/1), rupiah dibuka pada level Rp13.900 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun terpantau naik ke 6,1%.
Berdasarkan data transaksi 4-7 Januari 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli bersih Rp6,06 triliun dengan beli bersih di pasar SBN sebesar Rp5,03 triliun dan di pasar saham sebesar Rp1,03 triliun. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik beli beli sebesar Rp10,41 triliun.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Januari 2021, perkembangan harga pada bulan Januari 2021 diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm).
Baca juga: Inflasi Jakarta Pada Desember Tetap Rendah dan Terkendali
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2021 secara tahun kalender sebesar 0,38% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,68% (yoy).
Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,09% (mtm), cabai merah sebesar (0,05%), tempe dan tahu masing-masing sebesar 0,03% (mtm), emas perhiasan dan tarif angkutan antarkota masing-masing sebesar 0,02% (mtm), ikan kembung, daging ayam ras, udang basah, ikan tongkol dan nasi dengan lauk masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,03% (mtm) dan bawang merah sebesar -0,02% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19, dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langka koordinasi kebijakan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.(OL-5)
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved