Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Manfaatkan Nikel juga untuk Perkuat Industri Metalurgi

Mediaindonesia.com
05/1/2021 21:36
Manfaatkan Nikel juga untuk Perkuat Industri Metalurgi
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.(ANTARA/Jojon)

INDONESIA diramalkan menjadi salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Potensi ini harus dimanfaatkan secara menyeluruh.

Menurut Dosen Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bagas Pujilaksono Widyakanigara, sudah seharusnya pemerintah memikirkan nikel secara komprehensif, bukan hanya fokus ke mobil listrik. Menurut Bagas, pemerintah harus lebih komprehensif untuk memanfaatkan sumber daya nikel yang dimiliki.

Jika nikel (Ni) hanya dibuat baterai untuk mobil listrik, hasilnya tidak seberapa dibandingkan dengan jika Ni kita bikin sebagai alloying element pada pembuatan baja tahan karat, baja untuk keperluan khusus, atau Ni base superalloy. "Hasil hitungan sederhana saya, pemerintah akan memperoleh masukan keuangan jauh lebih banyak jika membangun industri metalurgi dibandingkan baterai mobil listrik. Ini karena life cycle and price dari produk," katanya.

Ia menambahkan, tidak ada satu pun negara maju saat ini yang tidak memiliki industri logam dasar dan kimia dasar yang kuat. Kedua industri tersebut merupakan industri hulu yang sangat menentukan nasib industri hilir, semisal otomotif, permesinan, manufaktur, konstruksi, kedokteran, farmasi, tekstil, serta makanan dan minuman.

"Industri metalurgi merupakan industri padat modal, energi, dan tenaga kerja. Perjalanan sains and teknologi jauh lebih panjang dibandingkan mobil listrik. Jelas, industri logam dasar lebih berpengaruh positif dalam membangun peradaban bangsa Indonesia," lanjutnya.

Bagas mencontohkan, saat Indonesia jatuh bangun akibat krisis ekonomi yang kemudian diikuti krisis keuangan, yang salah satunya diperburuk keadaannya, itu karena kita tidak punya industri logam dasar dan kimia dasar yang kuat. "Industri hilir kita sangat tergantung bahan baku impor," jelasnya.

Menurutnya, jantung hati mobil listrik terletak di teknologi baterai. Sistem vehicle dan motor listrik sangat sederhana. "Siapkah kita mengelola limbah baterainya yang akan sangat menggunung? Apakah kita sudah punya industri recycling battery?" ujarnya.

Bagas juga mengakui kelebihan mobil listrik terletak pada tak adanya emisi buangan. Namun jangan lupa, mobil listrik dapat listrik dari PLN. "Jadi, sama saja, tidak ada bedanya. PLN akan melepas emisi gas buang lebih banyak ke atmosfer," katanya.

"Saya tidak yakin mobil listrik dengan sistem baterai akan menjadi kendaraan masa depan. Feeling saya yakni transportasi publik dengan sistem energi terpusat, lebih efisien, efektif dalam mendukung transportasi manusia dan barang, dan tidak menimbulkan kemacetan di tempat tujuan," lanjutnya.

Ke depan, secara bersamaan, pemerintah harus mengembangkan industri logam dasar dan kimia dasar, terutama yang berbasis Ni. Paduan logam Ni merupakan material temperatur tinggi, yang sangat strategis kedepan. Akan banyak dipakai di industri-industri pembangkitan energi listrik, terutama energi nuklir, dengan efisiensi pembangkitan yang tinggi, di atas 42%.

Industri metalurgi tidak bisa dipisahkan dengan industri smelter. Dari hitungan-hitungan ekonomi, hampir dipastikan, pemegang IUP tidak mampu membangun smelter. Ini karena permasalahan smelter bukan hanya soal smelter, tapi juga suplai energi yang sangat besar.

"Di samping itu, UU Minerba menyebutkan operator smelter tidak berkewajiban menginformasikan komposisi mineral konsentratnya pada pemegang IUP. Dan, ada hal-hal strategis yang pemerintah harus pahami, yaitu sol unsur-unsur tanah jarang (rare earth materials: Re, Ta, Ti, Mo, V, Ba, dan Ce) yang amat sangat strategis bagi industri elektronik dan metalurgi. Unsur tanah jarang sebagai unsur-unsur pengikut dengan kelimpahan yang kecil karena proses geologi. Ini milik negara bukan milik pemegang IUP," katanya.

Operator smelter harus terpisah dengan pemegang IUP. Bagas mengusulkan dengan kompleksitas yang tinggi tersebut, pemerintah membentuk BUMN smelter sebagai operator industri smelter yang bersifat harus profit centre bukan cost centre.

"Kita punya tambang Ni besar di Kendari dan Halmahera yang mineralnya berbentuk (Ni, Fe)2O3 spinel. Akankah kita hambur-hamburkan menjadi baterai mobil listrik?" tutupnya. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya