Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
KEMENTERIAN Ketenagakerjaan (Kemnaker) berupaya menekan jumlah pengangguran yang terus membengkak di masa pandemi covid-19. Kewirausahaan menjadi solusi para pencari kerja di tengah sempitnya lapangan kerja saat ini.
“Kewirausahaan bisa menjadi sebuah alternatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Ini sekaligus untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi meski kita masih harus patuh dengan protokol kesehatan,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi, kemarin.
Dalam catatannya, pandemi covid-19 telah membuat pengangguran bertambah sebanyak 7,07% atau 2,67 juta orang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka Indonesia sudah mencapai 9,77 juta orang pada kuartal III 2020.
“Sementara yang terdampak pandemi juga cukup banyak, sekitar 29,2 juta pekerja, baik yang dirumahkan, setengah hari kerja, maupun PHK,” ungkapnya.
Kemnaker telah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait agar kewirausahaan menjadi jalan keluar bagi para pencari kerja.
“Dari Kemnaker sendiri lebih mengoptimalkan peran balai-balai latihan kerja untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan. Kita juga ber koordinasi dengan kementerian dan lembaga yang mengembangkan padat karya tunai,” ujarnya.
Saat dihubungi di kesempatan berbeda, Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengungkapkan, pemerintah dituntut bergerak cepat dalam membuat kebijakan yang mendorong terciptanya iklim kewirausahaan.
Kebijakan pemerintah tersebut dalam bentuk kemudahan izin berusaha, insentif usaha dalam bentuk keringanan pajak, dan pembiayaan.
“Selain itu, pemerintah juga harus mendorong dari sisi permintaan agar masyarakat punya uang untuk beli,” ucap Esther.
Indef memperkirakan jumlah pengangguran terbuka mencapai 10,4 juta orang pada Februari 2021. Selain itu, angka kemiskinan juga meningkat menjadi 10,4 juta orang.
Ia menambahkan, kondisi itu diperparah dengan prioritas anggaran 2021 yang tidak maksimal dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.
“Insentif usaha pada anggaran PEN 2021 turun 83% dan mereka yang berwiraswasta tidak didukung akses kredit. Sebagian besar UMKM menggunakan modal sendiri, bukan
dari lembaga keuangan bank dan nonbank,” ucapnya.
“Seharusnya ada skema jaminan kredit dari pemerintah pusat dan daerah, plus lembaga keuangan bank dan asuransi untuk menjamin mereka yang tidak bankable,” pungkasnya. (Iam/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved