Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
BANK Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) yaitu uang, simpanan giro, dan surat berharga yang meningkat pada Oktober 2020. Posisi M2 pada Oktober 2020 tercatat Rp6.780,8 triliun atau meningkat 12,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan September (12,4%, yoy).
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) atau uang kartal dan giro, dan uang kuasi (deposito, tabungan, dan simpanan valas)," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan, melalui keterangan resminya, Senin (30/11).
Uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 73,4% dengan nilai sebesar Rp4.976 triliun, mengalami peningkatan dari 10,6% (yoy) pada September 2020 menjadi 10,7% (yoy) pada Oktober, yang disebabkan oleh peningkatan simpanan berjangka.
M1 juga tercatat meningkat, dari 18,0% (yoy) pada September 2020 menjadi 18,5% (yoy) pada Oktober, karena peningkatan kartal di masyarakat.
Uang kartal di masyarakat (di luar perbankan dan Bl) pada Oktober 2020 tercatat Rp707,2 triliun atau tumbuh 15,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (9,8%, yoy).
"Peningkatan peredaran kartal seiring dengan peningkatan kebutuhan uang tunai saat libur panjang pada akhir Oktober 2020. Di sisi lain, giro rupiah tumbuh melambat, dari 23,7% (yoy) pada September 2020 menjadi 20,3% (yoy)," imbuh Junanto.
Sementara itu, dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank kembali mengalami kontraksi (-0,7% yoy), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 0,5% (yoy). Saldo uang elektronik yang diterbitkan bank pada Oktober 2020 tercatat Rp2,4 triliun, dengan pangsa 0,14% terhadap M1.
Sementara itu, posisi surat berharga selain saham tercatat membaik kontraksinya, dari -13,9% (yoy) pada September 2020 menjadi -12,1% (yoy), terutama disebabkan oleh penurunan surat berharga yang dimiliki perusahaan keuangan selain bank dalam rupiah.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Oktober 2020 disebabkan oleh ekspansi keuangan pemerintah. Peningkatan operasi keuangan pemerintah tercermin dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang meningkat, dari 76,7% (yoy) pada September 2020 menjadi 81,6% (yoy) pada Oktober 2020.
"Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan tagihan kepada pusat, terutama berupa kepemilikan surat berharga negara dalam rupiah," kata Junanto.
Pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK,) pada Oktober 2020 tercatat sebesar Rp6.336,5 triliun, atau tumbuh 11,6% (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 12,1% (yoy).
Melambatnya DPK pada Oktober 2020 terjadi pada tabungan dan giro. Berdasarkan golongan nasabahnya, perlambatan DPK terjadi pada nasabah korporasi.
Secara umum, giro mengalami perlambatan pertumbuhan dari, 22,9% (yoy) pada September 2020 menjadi 19,1% (yoy) pada Oktober 2020, baik dalam rupiah maupun valas, khususnya di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
"Tabungan juga tercatat melambat dari 11,4% (yoy) pada September 2020 menjadi 11,2% (yoy) pada Oktober terutama disebabkan oleh tabungan rupiah di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Tengah," kata Junanto. (E-2)
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia atau BI menilai keputusan tarif impor Amerika Serikat memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan Indonesia, terutama karena memberikan kepastian bagi para investor
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 14 Juli 2025, diprediksi bergerak menguat dengan ditopang faktor-faktor domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved