Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Sebanyak 95% Produksi Cengkeh untuk Suplai Industri Rokok

Mediaindonesia.com
25/10/2020 13:02
Sebanyak 95% Produksi Cengkeh untuk Suplai Industri Rokok
Apabila produk IHT menurun, dipastikan serapan cengkeh ke industri rokok juga menurun.(DOK DITBUN)

Industri rokok tak bisa dilepaskan dari cengkeh. Bahkan, 95% produksi cengkeh menyuplai kebutuhan industri rokok. Sedangkan, sisanya sebesar 5% untuk kebutuhan farmasi dan aneka pangan. Karena itu, apabila produksi industri hasil tembakau (IHT) menurun sebagai dampak naiknya cukai rokok, akan berimbas terhadap menurunnya serapan produksi cengkeh.

Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Kementan, Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan, kenaikan cukai rokok menyebakkan penurunan produksi IHT. Bahkan, menurunnya IHT tersebut akan bepengaruh terhadap penyerapan di lapangan.

“Sebanyak 95% produksi cengkeh untuk mensuplai industri rokok. Artinya, selain tembakau, cengkeh adalah bahan baku utama industri rokok. Kalau IHT terdampak, maka produksi cengkeh akan mengalami penurunan juga,” papar Bagus, dalam sebuah webinar, di Jakarta, Kamis (22/10).

Baca Juga: Kementan Lepas Ekspor Kopi dan Cengkeh ke Enam Negara di Pasuruan

Menurut Bagus, konsumsi cengkeh dalam negeri rata-rata 120 ribu ton per tahun. Namun, apabila produk IHT menurun, dipastikan serapa cengkeh ke industri rokok juga menurun. Apalagi harga cengkeh saat ini juga rendah, antara Rp40 ribu-Rp50 ribu per kg.

Guna mengatasi menurunnya produksi cengkeh, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen Perkebunan) sepanjang tahun 2020 terus mengembangkan pertanaman cengkeh melalui program rehabilitasi dan perluasan lahan di sejumlah daerah.

Rehabilitasi tanaman cengkeh juga berfungsi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan berorientasi ekspor ini. Bahkan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dalam kunjungannya ke Provinsi Maluku, Mei 2020 lalu berpesan, agar jajarannya melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan keunggulan setiap komoditas perkebunan termasuk rempah. Komoditas perkebunan seperti cengkeh ini harus diperkuat di sektor hulunya.

Baca Juga: Petani Mabar Keluhkan Harga Cengkeh dan Cokelat Anjlok

“Selain itu, harus dikembangkan pula sektor hilirnya supaya petani atau pekebun punya nilai tambah,” ujar Syahrul saat itu.

Hal senada diungkapkan Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono. Menurut Kasdi, Ditjen Perkebunan Kementan menaruh perhatian besar pada peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk perkebunan.

Menurut Kasdi, agar produktivitas dan produksi komoditas cengkeh meningkat, perlu dukungan benih berkualitas. Mengingat, cengkeh merupakan bahan baku industri (rokok) yang sangat dibutuhkan untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.

Ditjen Perkebunan, pada awal Juli lalu, memberikan bantuan benih cengkeh kepada Kelompok Tani Simomi Gam, Desa Marimabati, Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. Bantuan benih ini merupakan bagian dari kegiatan rehabilitasi cengkeh di Kabupaten Halmahera Barat seluas 150 hektare. Benih yang disiapkan sebanyak 9.750 batang. Benih cengkeh tersebut dibagikan kepada 6 (enam) kelompok tani. Masing-masing kelompok tani sebanyak 1.625 batang benih cengkeh.

Di tempat terpisah, Sekjen Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), I Ketut Budhyman Mudara mengatakan, Indonesia punya potensi besar sebagai negara penghasil cengkeh dunia. Lahan cengkeh  yang dikelola petani sekitar 500 ribu ha, dengan produktivitas 2-2,5 kwintal/ha.

"Karena itu, daerah penghasil cengkeh seperti Sulawesi, Ambon, Halmahera, dan sejumlah daerah lainnya, harus dioptimalkan produksinya. Pemerintah harus turun tangan untuk mendorong mereka supaya produktivitasnya meningkat,”  paparnya. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik