Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
BERTEPATAN dengan peringatan 50 tahun perusahaan, industri baja swasta nasional PT Gunung Raja Paksi Tbk meluncurkan logo baru.
“PT GRP Tbk terus berinovasi menghadapi tantangan masa mendatang. Salah satunya, melalui peluncuran logo ini,” kata Presiden Komisaris PT GRP Tbk Tony Taniwan, saat launching logo sekaligus selebrasi 50 tahun perusahaan, di Cikarang Barat, Bekasi, Selasa, (20/10)
Tony menambahkan, peluncuran logo tak lepas dari transformasi perusahaan. Karena menurutnya, inovasi dan perubahan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan gairah bisnis bagi industri baja di Indonesia.
"Ini adalah bentuk optimisme. Perubahan tersebut diharapkan dapat mendorong perseroan untuk terus maju. Warna merah putih pada logo adalah refleksi keinginan kami untuk mewakili Indonesia di pasar dunia dan terus berkontribusi dalam membangun negeri," ungkap Tony dalam keterangan tertulisnya.
PT GRP Tbk, lanjut Tony, memang gencar melakukan transformasi. Tidak hanya logo, namun juga transisi dari manajemen keluarga menjadi manajemen yang lebih profesional serta penguatan prinsip good governance. Melalui berbagai perubahan, volume produksi terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Sementara menurut Presiden Direktur PT GRP Tbk, Abednedju Giovano Warani Sangkaeng, peluncuran logo yang bertepatan dengan ulang tahun ke-50, karena kiprah PT GRP Tbk memang tak lepas dari sejarah perusahaan.
“Inilah bagian sejarah. Setelah para founders membangun dan membesarkan GRP, kini saatnya mempercayakan pada generasi berikut. Generasi saat ini, sudah ditempa pengalaman karena memang terlibat sejak dini,” ujar Sangkaeng.
Sejarah perusahaan sendiri, lanjut Sangkaeng bermula dari tekad Djamaluddin Tanoto, Kamaruddin, dan Margareth Leroy untuk membangun pengolahan pabrik pipa besi dan baja di Kota Medan, Sumatera Utara, dengan nama PT Gunung Gahapi.
Para founders, lanjutnya, juga berekspansi ke Pulau Jawa dengan mendirikan pabrik PT Gunung Garuda di Cikarang Barat. Pada 1971, PT Gunung Garuda mulai diperhitungkan, karena ikut berpartisipasi dalam pembentukan IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association) dan SEAISI (The South East Asian Iron and Steel Institute).
Barulah pada 1990 lahir PT Gunung Naga Mas, yang memproduksi lembaran baja yang terdiri dari pelat dan gulungan baja. Dan pada 1991, berganti nama menjadi PT Gunung Raja Paksi. “Dengan keunggulan fasilitas normalizing dan ultrasonic test, produk GRP semakin diakui dunia. Pada September 2019, koorporasi melakukan langkah penting yakni dengan membuka Public Offering (IPO) kepada masyarakat luas,” kata dia.
Saat ini, lanjut Sangkaeng, GRP memiliki pabrik dan fasilitas pendukung lebih dari 200 hektar di Cikarang, Bekasi. Perusahaan yang mempekerjakan 5.000 lebih karyawan ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton baja per tahun, atau sekitar 12 persen dari kapasitas produksi baja nasional.
Selain untuk memenuhi pasar domestik, produksi baja PT GRP sekarang diekspor ke sejumlah Negara. seperti Filipina, Malaysia, Kanada, dan negara lain. (OL-13)
PT Pertamina International Shipping (PIS) berhasil mengapalkan muatan slab steel atau lembaran baja sebanyak 30.400 metrik ton dari Morowali menuju Cilegon.
PEMERINTAH perlu mengambil langkah konkret guna melindungi sektor strategis nasional.
Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, mengonfirmasi pemerintahan AS membatalkan rencana untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium Kanada.
PRESIDEN AS Donald Trump memerintahkan pemerintahannya untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium Kanada sebesar 25%. Jadi, total bea masuk menjadi 50%.
PT Krakatau Steel mengupayakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan perdagangan global. Salah satu upaya yang diambil perusahaan ialah memperkuat sinergi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved