Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
Pemerintah akan kembali menerbitkan cash wakaf linked sukuk (CWLS) seri ritel kedua. Pada penerbitan perdana CWLS Seri SWOOI berhasil terkumpul dana Rp50,8 miliar.
“Besok (hari ini) dijadwalkan kita luncurkan CWLS ritel dengan masa penawaran selama sebulan sampai dengan November 2020,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman dalam High Level Seminar on Waqf bertajuk Akselerasi Gerakan Wakaf Menuju Indonesia Maju, kemarin.
Dia menyampaikan masyarakat yang ingin mengakses CWLS ritel tersebut dapat melakukannya melalui empat bank mitra distribusi yang merupakan Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU), yakni BRI Syariah, BNI Syariah, Mandiri Syariah, dan Bank Muamalat.
Tujuan utama dari penerbitan CWLS ritel ialah pengembangan inovasi produk keuangan syariah. Aset wakaf uang tersebut menjadi salah satu wujud komitmen pemerintah dalam pengembangan inovasi tersebut.
Nantinya, kata Luky, instrumen baru itu dapat mengurangi beban APBN yang digunakan ke dalam program sosial.
Dana CWLS ritel dari masyarakat juga akan dikemabalikan 100% oleh pemerintah setelah memasuki jatuh tempo. “Dana CWLS akan dibayarkan kembali ke nadzir 100% setelah sukuk jatuh tempo,” jelasnya.
Sementara itu, dalam lelang wakaf yang diselenggarakan pada tanggal 6-7 Oktober 2020 diperoleh komitmen penyaluran wakaf produktif sebesar Rp30,32 miliar.
Pelaksanaan lelang wakaf merupakan salah satu bentuk kolaborasi Bank Indonesia (BI), Badan Wakaf Indonesia (BWI), Lembaga-lembaga Nazhir Indonesia yang tergabung dalam Forum Wakaf Produktif untuk lebih memberikan pemahaman mengenai wakaf, khususnya wakaf produktif, serta mendorong partisipasi publik dalam berwakaf untuk mendukung pembangunan ekonomi.
Literasi rendah
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Phil H. Kamaruddin menuturkan instrumen wakaf memiliki potensi besar untuk mendukung perekonomian nasional, khususnya ekonomi syariah Indonesia. Akan tetapi, potensi itu hanya akan menjadi angan bila literasi masyarakat terkait keuangan syariah tidak ditingkatkan.
Survei yang dilakukan Kemenag di 32 provinsi dengan 3.200 responden menunjukkan hasil masyarakat minim pengetahuan ihwal wakaf. Itu terlihat dari indeks pemahaman dasar wakaf yang hanya 57,67, pemahaman lanjutan wakaf 37,97 dan nilai indeks literasi wakaf hanya 50,48.
“Survei yang kami lakukan menunjukkan tingkat literasi tentang wakaf sangat rendah sekali. Oleh karena itu, ke depan kita harus memikirkan bagaimana kita semua bisa bersinergi untuk meningkatkan literasi masyarakat tentang wakaf. Ini sangat fundamental karena tingkat partisipasi masyarakat sangat berkorelasi dengan tingkat literasi mereka,” tuturnya. (Try/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved