Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
MENTERI Keuangan periode 2013-2014, Muhammad Chatib Basri, mengaku dirinya tidak pernah terpikir menjadi seorang ahli ekonomi.
Itu tidak lepas dari stereotip orang tua pada era terdahulu yang menilai kesuksesan seseorang dari gelar, seperti dokter dan insinyur. Alhasil, Chatib berupaya menjadi ahli ekonomi, walaupun bertentangan dengan jati dirinya.
"Saya paling tidak suka dengan ekonomi. Tapi orang tua tidak senang kalau karir saya dalam kesenian. Padahal saya menginginkan sekolah kesenian," tutur Chatib dalam seminar virtual, Senin (21/9).
Baca juga: Chatib Basri Masuk Perkuat Bank Mandiri
Chatib menyebut dirinya sebagai korban stereotip. Dia mengungkapkan terpaksa mengambil sekolah formal. Pada awalnya, dia bahkan tidak mengerti terkait ilmu ekonomi.
"Berbeda dengan ilmu sastra dalam teater. Itu saya suka sekali, sebelum saya terjun ke ekonomi," kisahnya.
Kecintaanya terhadap dunia seni tersalurkan saat duduk di bangku SMA. Chatib sempat menjadi juara dalam perlobaan Festival Teater, yang diadakan Pemerintah Kota Jakarta Pusat. Chatib juga pernah beradu akting dengan sejumah nama besar, seperti Donny Damara dan Tio Pakusadewo.
Chatib juga memilii pengalaman beradu akting dengan Mira Lesmana, dalam lakon Bom Waktu di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Menurutnya, seni lekat dengan imajinasi dan mengasah kepekaan. Hal ini penting karena memengaruhi seluruh bidang yang digeluti.
Baca juga: Peringati Hari Kartini, Sri Mulyani: Sudahkah Kita Peduli?
"Soal buku pelajaran, semua anak mendapat buku yang sama. Tetapi, if you wanna to go extra mile, yang harus digunakan adalah imajinasi. Kesenian yang akan membantu," pungkas Chatib.
Setelah menjadi ekonomi senior, DNA kesenian terus mengalir dalam dirinya. Dia memandang kalkukasi ekonomi sering meleset, karena setiap orang diasumsikan sebagai karater Mister Spock di film Star Trek, yang kaku dan selalu rasional.
Padahal, lanjut dia, setiap orang seperti Hommer di serial kartun The Simpson, yang memiliki sifat agresif, pemalas dan tidak kalkulatif. Imajinasi perbandingan itu berasal dari dunia seni yang dekat dengan realitas.(OL-11)
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved