Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Bunga Rendah Perlu Dukungan Fiskal

Despian Nurhidayat
19/9/2020 06:50
Bunga Rendah Perlu Dukungan Fiskal
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede.(Medcom.id)

KEPALA Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan bahwa kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga di level 4,00% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Kamis (17/9) lalu dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

“Dengan terciptanya stabilitas nilai tukar maka akan mendorong terjaganya ekspektasi pelaku ekonomi, baik konsumen maupun pelaku usaha, sehingga akan turut mendorong pemulihan ekonomi,” ungkapnya kepada Media Indonesia, kemarin.

Meskipun demikian, suku bunga acuan BI yang rendah saat ini dikatakan belum efektif apabila tidak diikuti oleh produktivitas stimulus fiskal. Penyerapan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta penyerapan belanja pemerintah pusat dan daerah akan dapat menggerakkan aktivitas perekonomian.

“Sehingga akan mendorong permintaan kredit perbankan dan transmisi penurunan suku bunga BI pun akan semakin cepat mendukung pemulihan ekonomi,” kata Josua.

Dalam penjelasannya seusai RDG, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan rendahnya suku bunga acuan telah berkontribusi menurunkan suku bunga deposito pada Agustus 2020 dari 5,63% pada Juli menjadi 5,49%.

Selain itu, menurunkan bunga kredit modal kerja dari 9,47% pada Juli 2020 menjadi 9,44% pada Agustus 2020.

Namun, penurunan suku bunga itu belum diikuti dengan peningkatan permintaan kredit. Data pada Juli 2020 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan kredit sangat rendah, yakni hingga 1,53%. Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,53%.

Oleh karena itu, perlu langkah simultan antara otoritas fiskal dan moneter untuk memacu gerak pemulihan ekonomi sehingga dunia usaha membutuhkan kredit lagi.

Berdampak positif

Langkah BI menahan suku bunga acuan 4% direspons secara baik oleh pasar.

Hal tersebut terlihat dari perkembangan nilai tukar rupiah kemarin langsung  dibuka pada level (bid) 14.750 per dolar AS dan yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun stabil pada 6,89%.
“Terlihat bahwa rupiah mulai menguat jika dibandingkan dengan kemarin yang ditutup pada level 14.820 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun pada penutupan kemarin juga turun ke level 6,90%,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dilansir dari keterangan resminya.
Rupiah akhirnya ditutup pada level 14.735 per dolar AS.

Dari bursa saham, indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri pekan ini di teritori positif yang didukung sentimen domestik.

IHSG ditutup menguat 20,82 poin atau 0,41% ke posisi 5.059,22. Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 4,77 poin atau 0,62% menjadi 780,32.

“Pasar lebih mengapresiasi kebijakan BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 4%. Pasar juga menilai bahwa pemberlakuan PSBB oleh Pemprov DKI Jakarta masih berjalan dengan kondusif,” kata analis Bina Artha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama.

Setelah dibuka melemah, IHSG tak lama menguat dan banyak menghabiskan waktu di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham. Tujuh sektor meningkat dengan sektor perdagangan naik paling tinggi yakni 2,03%, diikuti infrastruktur dan industri dasar masing-masing 1,8% dan 1,53%.

Penutupan IHSG diiringi aksi jual saham investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing Rp999,09 miliar. (Try/Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik