Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Cadangan Devisa Naik US$2 Miliar

Despian Nurhidayat
08/9/2020 03:40
Cadangan Devisa Naik US$2 Miliar
Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko.(MI/ADAM DWI)

PEREKONOMIAN Indonesia terus menunjukkan sinyal perbaikan meski sejumlah indikator masih menunjukkan kerentanan.

Salah satu sinyal pemulihan ialah naiknya cadangan devisa yang menjadi indikator kemampuan Indonesia untuk membiayai impor dan melakuan pembayaaran utang atau kewajiban luar negeri.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2020 sebesar US$137 miliar. Ini meningkat hampir US$2 miliar jika dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2020 US$135,1 miliar.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,4 bulan impor atau 9,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dilansir dari keterangan resmi, kemarin.

Lebih lanjut, peningkatan cadangan devisa pada Agustus 2020 antara lain dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa migas.

“Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi,” pungkasnya.

Sentimen peningkatan cadangan devisa menyebabkan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada kemarin sore ditutup menguat. Rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07% menjadi 14.740 per dolar AS dari sebelumnya 14.750 per dolar AS.


Potensi pemulihan

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan resesi yang berpotensi terjadi di Indonesia tidak sepenuhnya pertanda buruk bagi perekonomian nasional di tengah pandemi.

“Kalau secara teknis, bila triwulan III ini kita di zona negatif maka resesi terjadi. Namun, tidak berarti kondisinya sangat buruk,” ujarnya di DPR, kemarin.

Menurut Sri, bila terjadi pertumbuhan negatif di triwulan III tapi angkanya lebih kecil daripada pertumbuhan negatif di triwulan sebelumnya, itu berarti Indonesia masih memiliki harapan untuk mendorong perekonomian kembali.

Apalagi, kata Sri Mulyani, perbaikan kinerja dan berbagai indikator ekonomi di semester I sejatinya menunjukkan sinyal positif.

“Satu bulan terakhir ini terjadi kenaikan cukup baik, kita bisa berharap pertumbuhan ekonomi di kuartal III lebih baik daripada kuartal II yang kontraksinya cukup dalam hingga -5,3%,” terangnya.

Perempuan yang karib disapa Ani itu menambahkan, pemerintah berupaya mengakselerasi belanja pemerintah seiring dengan percepatan penyerapan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Harapannya ialah agar konsumsi masyarakat segera pulih, investasi bertahap naik ke pertumbuhan positif, dan kinerja ekspor nasional meningkat.

“Pemerintah berharap performance triwulan III membaik dan dijaga sampai triwulan IV,” tandasnya. (Mir/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya