Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Pemulihan Ekonomi masih Rapuh

M Ilham Ramadhan
26/8/2020 05:50
Pemulihan Ekonomi masih Rapuh
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pemulihan ekonomi nasional masih dalam kondisi rapuh pada Juli 2020.

Hal itu terlihat dari indikator realisasi penerimaan pajak yang mayoritas bergerak ke zona negatif ketimbang Juni 2020.

Oleh karena itu, dibutuhkan kerja ekstra guna membuat gerak perekonomian membaik sejak bulan ini agar pertumbuhan triwulan III masuk pada zona mendekati 0%. Dengan demikian, Indonesia terlepas dari jebakan resesi.

Sri Mulyani menjelaskan, tiga indikator penerimaan pajak yang mengalami pertumbuhan minus itu ialah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 karyawan, PPh badan, dan penerimaan pajak di sektor perdagangan.

“Ini menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi kita pada Juli masih sangat rapuh dan bahkan bisa terjadi pembalik­an kembali. Ini yang membuat kita sangat hati-hati agar pada triwulan III bisa masuk ke zona 0%. Itu dibutuhkan perjuangan yang berat karena kegiatan masyarakat dan kegiatan ekonomi tidak mengalami akselerasi yang cepat dari Juni. Kita akan melihat apakah pada Agustus tren ini bertahan di zona mendekati 0% dan kita menjaga agar tidak terjadi resesi,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, kemarin.

Secara rinci, penerimaan PPh Pasal 21 karyawan hingga akhir Juli mengalami pertumbuhan minus 20,38% dari Juni 2020 yang tumbuh positif 12,28%. Kemudian pada PPh badan, tercatat realisasi­nya tumbuh negatif sebesar 45,55% atau lebih dalam dari pertumbuhan pada Juni 2020 yang tumbuh minus 38,12%.

Catatan kurang memuaskan juga terjadi pada penerimaan pajak di sektor perdagangan yang tercatat minus 40,80%, lebih dalam jika dibandingkan dengan pertumbuhan negatif pada Juni 2020 sebesar 19,02%. Padahal, imbuh Ani, berbagai relaksasi untuk mendorong sektor pedagangan telah dikeluarkan pemerintah.

“Ini mesti diwaspadai dari sisi perdagangan, nanti akan ada hubungannya dengan pengembalian fungsi masyarakat,” jelasnya.

Tren membaik

Direktur Eksekutif CORE (Center of Reform on Econo­mics) Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III akan minus 2%.

Jika perkiraan itu terjadi, secara teknikal Indonesia telah masuk dalam kondisi resesi. Namun, menurutnya, kondisi ini membaik apabila dilihat dari sisi trennya.

“Ini jangan dilihat secara teknis, tapi lihat secara trennya. Yang perlu dipahami itu, meskipun minus, ternyata trennya membaik jika dibandingkan dengan triwulan II 2020, ini masih bagus. Ke depan yang perlu difokuskan ialah bagaimana resesi enggak terlalu dalam dan kita harapkan sustainable sampai triwulan IV 2020,” ungkapnya dalam webinar, kemarin.

Terkait dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan, ekonom senior Indef Iman Sugema mengatakan target 4,5% hingga 5,5% dapat saja tercapai. Namun, dengan catatan vaksinasi bisa selesai dilakukan paling tidak hingga pertengahan 2021.

“Kalau pertengahan 2021 vaksinasi selesai dilakukan ya, bukan sekadar ditemukan. Jadi, kalau vaksinasinya efektif dan selesai cepat di perte­ngahan 2021, aktivitas (bisnis dan ekonomi) bisa beroperasi (normal) kembali,” kata Iman. (Des/Hld/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik