PT Adaro Energy TBK (AE) melaporkan operasional kuartalan dengan total produksi batu bara tercatat sebesar 27,29 juta ton pada semester 1 2020, atau turun 4% secara tahunan atau year-on-year (y-o-y) dibandingkan semester 1 209.
Adapun volume penjualan batu bara pada semester lalu mencapai 27,13 juta ton atau setara dengan penurunan 6% y-o-y. Titik awal yang kuat bagi perusahaan pada 1Q20 diikuti dengan kondisi yang melemah pada kuartal II tahun 2020 akibat musim hujan yang panjang di wilayah operasi dan penurunan permintaan karena melemahnya ekonomi global serta penurunan permintaan listrik industri karena lockdown akibat covid-19.
Pengupasan lapisan penutup oleh AE tercatat mencapai 103,01 million bank cubic meter (Mbcm) pada tengah tahun ini , turun 19% y-o-y, yang sesuai dengan panduan untuk menurunkan nisbah kupas tahun ini.
"Nisbah kupas AE pada 1H20 adalah 3,77x. Pada 2Q20, produksi dan penjualan batu bara AE masing-masing mencapai 12,88 juta ton dan
12,74 juta ton, atau turun 13% dan 17% dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Total pengupasan lapisan penutup pada 2Q20 tercatat sebesar 53,25 Mbcm, setara dengan penurunan 19% y-o-y sehingga nisbah kupas mencapai 4,13x," tulis Adaro Energy dalam keterangan resminya yang diterima Sabtu(15/8).
Menurutnya, operasi AE terdampak oleh musim hujan berkepanjangan yang berlangsung hingga bulan Juni dengan volume curah hujan dan jam hujan yang lebih tinggi daripada biasanya.
Belum lagi, lockdown karena covid-19 berdampak pada pelanggan AE di negara-negara pelanggan menjadi melemah dan juga ketidakpastian kebijakan impor di beberapa negara semakin memberikan tekanan terhadap pasar batu bara yang memang sudah tidak seimbang.
Mengingat kondisi pasar yang sulit, AE merevisi beberapa komponen panduannya untuk tahun 2020 yang mana Produksi batu bara menjadi direntang 52 juta ton – 54 juta ton, EBITDA Operasional AS$600 juta – AS$800 juta, Belanja modal ada direntang AS$200 juta – AS$250 juta. Adapun panduan nisbah kupas AE untuk tahun 2020 dipertahankan sebesar 4,30x.
Target baru untuk produksi batu bara turun sekitar 10% dibandingkan tahun 2019 secara y-o-y, yang terutama didorong oleh penurunan produksi batu bara termal.
Selain itu, AE dapat menentukan skala volume dengan lebih tepat berkat strategi untuk menjual langsung ke pengguna. Panduan EBITDA operasional pun disesuaikan untuk mencerminkan penurunan estimasi harga jual rata- rata yang diakibatkan oleh penurunan harga batu bara global dan setelah mengevaluasi rencana investasi untuk tahun ini.
Walaupun belanja modal dikurangi, AE diketahui akan melanjutkan investasi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang dan mempertahankan keunggulan operasional.
"Meskipun harus menghadapi volatilitas industri ini, kami percaya bahwa fundamental jangka panjangnya tetap baik dan model bisnis AE terbukti sukses dalam mengarungi pasang surutnya pasar batu bara. Di masa yang sulit ini, AE berfokus untuk mempertahankan keunggulan operasional dan marjin yang sehat, serta memberikan pasokan batu bara yang andal kepada para pelanggan," tegas Head of Corporate Communications Adaro, Febriati Nadira.(E-1)